Pahala Penghafal al-Quran



Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Menghafal al-Quran termasuk ibadah jika dilakukan ikhlas karena Allah dan bukan untuk mengharapkan pujian di dunia. Bahkan salah satu ciri orang yang berilmu menurut standar al-Quran, adalah mereka yang memiliki hafalan al-Quran. Allah berfirman,

Bahkan, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata, yang ada di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu..(QS. al-Ankabut: 49).

Allah memberikan banyak keutamaan bagi para penghafal al-Quran, di dunia dan ahirat.

Berikut diantaranya,

Pertama, dia didahulukan untuk menjadi imam ketika shalat jamaah

Dari Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Yang paling berhak jadi imam adalah yang paling banyak hafalan al-Quran-nya. Jika dalam hafalan quran mereka sama, maka didahulukan yang paling paham dengan sunnah… dan seseorang tidak boleh menjadi imam di wilayah orang lain. (HR. Ahmad 17526, Muslim 1564, dan yang lainnya)

Dari Ibnu Umar, beliau bercerita,

Ketika para muhajirin pertama tiba di Quba, sebelum kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang menjadi imam mereka shalat adalah Salim mantan budak Abu Hudzaifah. Dan beliau adalah orang paling banyak hafalan qurannya. (HR. Bukhari 660)

Kedua,  ketika meninggal, dia didahulukan

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma bercerita,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan dua jenazah uhud dalam satu kain kafan. Setiap hendak memakamkan, beliau tanya, “Siapa yang paling banyak hafalan qurannya?”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memposisikan yang paling banyak hafalannya di posisi paling dekat dengan lahat. Lalu beliau bersabda,

Saya akan menjadi saksi bagi mereka kelak di hari kiamat. (HR. Bukhari 1343 & Turmudzi 1053)

Ketiga, diutamakan untuk menjadi pemimpin jika dia mampu memagangnya

Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah, beliau menunjuk Nafi’ bin Abdul Harits untuk menjadi gubernur di Mekah.

Suatu ketika, Umar bertemu Nafi’ di daerah Asfan.

“Siapa yang menggantikanmu di Mekah?” tanya Umar.

“Ibnu Abza.” Jawab Nafi’.

“Siapa Ibnu Abza?” tanya Umar.

“Salah satu mantan budak di Mekah.” Jawab Nafi’.

“Mantan budak kamu jadikan sebagai pemimpin?” tanya Umar.

“Dia hafal al-Quran, dan paham tentang ilmu faraid.” Jawab Nafi’.

Kemudian Umar mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Sesungguhnya Allah mengangkat sebagian kaum berkat kitab ini (al-Quran), dan Allah menghinakan kaum yang lain, juga karena al-Quran.” (HR. Ahmad 237 & Muslim 1934)

Keempat, kedudukan hafidz al-Quran di surga, sesuai banyaknya ayat yang dia hafal

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ditawarkan kepada penghafal al-Quran, “Baca dan naiklah ke tingkat berikutnya. Baca dengan tartil sebagaimana dulu kamu mentartilkan al-Quran ketika di dunia. Karena kedudukanmu di surga setingkat dengan banyaknya ayat yang kamu hafal.” (HR. Abu Daud 1466, Turmudzi 3162 dan dishahihkan al-Albani)

Kelima, ditemani Malaikat

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Orang yang membaca dan menghafal al-Quran, dia bersama para malaikat yang mulia. Sementara orang yang membaca al-Quran, dia berusaha menghafalnya, dan itu menjadi beban baginya, maka dia mendapat dua pahala. (HR. Bukhari 4937)

Keenam, di akhirat, akan diberi mahkota dan pakaian kemuliaan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Al-Quran akan datang pada hari kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah, berikan dia perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafidz al-Quran mahkota kemuliaan. Al-Quran meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan kemuliaan. Kemudian dia minta lagi, “Ya Allah, ridhai dia.” Allah-pun meridhainya. Lalu dikatakan kepada hafidz quran, “Bacalah dan naiklah, akan ditambahkan untukmu pahala dari setiap ayat yang kamu baca. (HR. Turmudzi 3164 dan beliau menilai Hasan shahih).

Ketujuh, al-Quran memberi syafaat baginya

Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Rajinlah membaca al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari kiamat. (HR. Muslim 1910).

Kedelapan, orang tuanya akan diberi mahkota cahaya kelak di akhirat

Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.” (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani).

Dalam riwayat lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu… ” kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya, dan kedua orang tuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Quran.” (HR. Thabrani dalam al-Ausath 6/51, dan dishahihkan al-Albani).

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Mengapa mereka Menghafal Al Quran?






Bismillah..

Sebuah pertanyaan yang sejujurnya cukup akrab ditelinga penulis sendiri, mampu membuat pikiran bernostalgia ke masa-masa beberapa tahun silam.

Bagaimana tidak? Pertanyaan serupa pernah dihadapkan kepada kami saat hendak memasuki sebuah awal yang baru, kehidupan pesantren.

Berbagai jawaban mulai dari yang standar hingga yang cukup unik terkadang keluar dari mulut calon santri ketika dihadapkan dengan pertanyaan diatas pada sesi wawancara PSB.

“Ingin menjadi hafidz quran” ucap salah satu dari mereka, “Ingin memakaikan mahkota kemuliaan kepada kedua orang tua” jawab yang lain.

Beberapa waktu silam penulis sempat membaca sebuah artikel berbahasa arab yang memiliki pembahasan serupa dengan judul limadza nahfadzul quran?

Setelah membacanya dengan seksama akhirnya penulis berinisiatif untuk merangkumnya kedalam bahasa Indonesia agar bisa dinikmati oleh lebih banyak mata.

Inilah beberapa alasan yang menggerakkan hati mereka untuk menghafal al quran :

1.Meneladani Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam

Fatimah rodhiyallohu ‘anha pernah menuturkan bahwasanya Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam biasa “setoran” al quran kepada malaikat Jibril ‘alaihissalam setiap bulan ramadhon, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori :

“Fathimah rodhiyallohu ‘anha berkata : Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah membisikkan sebuah rahasia kepadaku : ‘Malaikat Jibril  biasa menyimak bacaan Al Quranku sebanyak satu kali dalam setahun, akan tetapi di tahun ini ia melakukannya sebanyak 2 kali sehingga aku beranggapan bahwa ajalku sudahlah dekat” (HR Al Bukhori)

2.Meneladani para ulama terdahulu

Diantara kebiasaan para ulama terdahulu adalah mengawali perjalanan mereka dalam menuntut ilmu dengan menghafalkan Al Quran.

Ibnu Abdil Bar pernah mengutip perkataan Abu Umar rohimahumalloh dalam kitab Jami’ Bayan Al ‘Ilmi Wa Fadhlihi :

“Jalan menuntut ilmu itu memiliki beberapa tingkatan yang harus dilalui secara runtut, barangsiapa yang melangkahi salah satunya, maka ia telah menyelisihi jalan para ulama terdahulu. Adapun tingkatan pertama adalah menghafalkan al quran serta memahami kandungannya”.

Al quran mudah untuk dihafal oleh tiap orang, tidak bergantung pada umur maupun tingkat kecerdasaan tertentu. Betapa banyak orang yang berhasil menghafalkan Al Quran seluruhnya meskipun usia tak lagi muda.
Allah subhanahu wata’ala berfirman


“Dan sungguh telah Kami mudahkan Al Quran untuk peringatan, maka adakah yang mau mengambil pelajaran?” (Surat Al Qomar ayat 17, 22, 32 & 40)

Syaikh Abdurrohman As Sa’di rohimahulloh menjelaskan dalam tafsirnya  :

“Al quran dimudahkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk dibaca dan dihafalkan lafadznya serta untuk dipahami maknanya”

Salah seorang guru kami yang bernama Syaikh Abdul Qowi Al Yamani hafidholulloh pernah menceritakan sebuah kisah yang cukup menakjubkan :

“Ada seorang wanita lanjut usia yang tidak bisa membaca Al Quran” ungkap beliau memulai cerita, “di hari tua nya ia menyesali keadaannya yang tidak bisa membaca Al Quran tersebut hingga akhirnya bertekad untuk belajar membaca Al Quran lalu dilanjutkan dengan menghafalnya sedikit demi sedikit. Dengan izin Allah, akhirnya ia sanggup menghafalkan al quran seluruhnya di usia yang sudah cukup renta”.

“Tahukah kalian berapa umur wanita tersebut?”, tanya beliau  memancing rasa penasaran kami

“Lebih dari 70 tahun” ungkap beliau

Sontak kami pun terkagum-kagum dengan kisah tersebut. “Masya Allah” kalimat tersebut terdengar meluncur dari mulut kami saat itu.

3.Memiliki kedudukan khusus disisi Allah

Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda :

“Ahli Quran merupakan keluarga Allah dan orang yang memiliki kedudukan khusus disisiNya. (HR Ibnu Majah)

Salah satu dari dua hasad yang diperbolehkan ialah iri terhadap penghafal al quran (Ghibthoh).
Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Hasad tidak diperbolehkan kecuali dalam dua hal -salah satunya- seseorang yang Allah ajarkan kepadanya Al Quran sehingga dia senantiasa membacanya siang dan malam (HR Al Bukhori)

4.Menghafal Al Quran serta mempelajarinya lebih baik dari harta dunia

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat ‘Uqbah bin Amir rodhiyallohu ‘anhu, Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Tidakkah seseorang dari kalian pergi ke masjid lalu ia mempelajari atau membaca 2 ayat dari Kitabulloh lebih baik baginya dari (mendapatkan) 2 unta, 3 ayat lebih baik dari 3 unta dan sejumlah ayat (yang ia baca) lebih baik dari unta dengan jumlah yang sama (HR Muslim)

5.Penghafal Al Quran adalah orang yang paling berhak menjadi Imam

Menjadi imam dalam sholat merupakan suatu amalan yang mulia, sebab sholat merupakan tiang agama sekaligus rukun islam yang kedua. Dan orang yang paling berhak untuk memimpin pelaksanaan amalan tersebut adalah mereka yang paling pandai dalam Al Quran, sebagaimana sabda Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam :

“Orang yang paling berhak menjadi imam dalam sholat adalah yang paling baik bacaan Al Qurannya” (HR Muslim dan Abu Daud)

Dalam kitab ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Sunan Abi Daud dijelaskan bahwa maksud dari

( أقرؤهم لكتاب الله) adalah yang paling banyak hafalan Al Qurannya. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori disebutkan bahwa sahabat Amr bin Salamah rodhiyallohu ‘anhu ditunjuk sebagai imam sholat untuk kaumnya meskipun baru berumur 6 atau 7 tahun lantaran ia memiliki hafalan yang paling banyak.

6. Al Quran akan mengangkat kedudukan orang-orang yang menghafal & mempelajarinya

Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya:

«Sesungguhnya Allah mengangkat sebagian kaum karena Kitab ini (Al Quran) dan menghinakan yang lain (karenanya) (HR Muslim)

Diantara contoh nyata terangkatnya derajat seseorang disebabkan oleh Al Quran adalah :

• Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menjadikan banyaknya hafalan Al Quran sebagai barometer untuk menentukan siapa yang paling berhak dikuburkan terlebih dahulu dari para syuhada uhud.

• Dizama Khalifah Umar bin Khottob rodhiyallohu ‘anhu ada seorang mantan budak yang bernama Ibnu Abza rohimahulloh, ia dipilih untuk menjadi Pelaksana Tugas Gubernur Kota Makkah saat sang gubernur yang bernama Nafi’ bin Abdul Harits rohimahulloh memiliki urusan diluar kota. Khalifah Umar pun menyetujui pilihan tersebut lantaran Ibnu Abza adalah seorang yang hafal Al Quran serta paham ilmu Faroidh.

• Dari 7 Imam Qiroat Sab’ah, hanya ada 2 Imam yang merupakan keturunan arab murni, yaitu Abu ‘Amr Al Bashri dan Ibnu ‘Amir Asys Syami rohimahumulloh.

Hal ini menjadi bukti bahwa meskipun Al Quran diturunkan kepada bangsa Arab serta dengan bahasa mereka tidak otomatis mengangkat derajat mereka. Akan tetapi siapapun akan diangkat derajatnya oleh Allah subhanahu wata’ala saat ia mencurahkan perhatiannya kepada Al Quran tanpa memandang suku maupun bangsa.

7. Mendapatkan syafa’at

Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

«Bacalah Al Quran, karena sungguh ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya» (HR Muslim)

8. Mendapatkan derajat yang tinggi di surga

Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah menceritaka keadaan penghafal Al Quran pada hari kiamat dalam sabdanya :

«Dikatakan kepada penghafal Al Quran (pada hari kiamat) : ”Bacalah serta naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dengan tartil di dunia, karena sesungguhnya tempatmu nanti sesuai dengan ayat terakhir yang engkau baca»
(HR Abu Dawud)

Ibnu Hajar Al Haitsami rohimahulloh pernah berkata :

«Hadits diatas khusus bagi orang yang menghafalkan Al Quran, bukan sekedar membacanya dengan mushaf, sebab jika hanya sekedar membaca tulisan di mushaf tidak ada perbedaan antara satu orang dengan yang lain dari segi banyaknya ayat yang sanggup dibaca» (Fatawa Ibnu Hajar Al Haitsami)

9. Penghafal Al Quran akan bersama para malaikat

Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

«Orang yang mahir dalam membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia (akhlaknya) dan baik (rupanya)» (HR Muslim)

10. Orang yang paling banyak membaca Al Quran adalah para penghafalnya.

Untuk menghafalkan Al Quran butuh diulang berkali-kali sehingga tersimpan baik dalam dada. Begitu pula untuk menjaganya, harus diulang terus menerus tanpa terputus.
Namun mereka tak akan pernah merasa bosan untuk mengulangnya lantaran Al Quran merupakan Kalam Illahi yang setiap hurufnya bernilai 10 kebaikan, sebagaimana sabda rasul shollallohu ‘alaihi wasallam :


«Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya 1 kebaikan, dan 1 kebaikan akan dilipatgandakan menjadi 10, aku tidak mengatakan bahwasanya Alif Laam Miim adalah satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf» (HR At Tirmidzi)

11. Penghafal Al Quran akan seantiasa menghiasi perkatannya dengan ayat-ayat Al Quran, baik saat berbicara, memberi nasehat ataupun ceramah.

12. Ia akan bisa membaca Al Quran kapan, dimana dan dalam keadaan apapun. Baik saat mengemudi, berjalan, berbaring bahkan saat bekerja.

13. meraih predikat manusia terbaik

Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

«Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya» (HR Bukhari)

Salah satu perawi hadits diatas yang bernama Abu Abdirrohman As Sulamy berkata selepas menyampaikan hadits tersebut :

«Hadits inilah yang mendorongku untuk terus duduk ditempat ini (mengajarkan Al Quran)»

Semoga Allah subhanahu wata’ala memudahkan kita untuk menjadi para penjaga Kitab-Nya, Amiin.

***

Ditulis oleh : Afit Iqwanudin, Amd

(Alumni PP Hamalatulqur’an Yogyakarta, yang saat ini sedang study S1 di Universitas Islam Madinah KSA, Fakultas Qur’an)

Hamalatulquran.com

Tips Menghafal : Hafalkan dulu atau Pahami dulu?





Berbagai metode menghafal Al-Quran sudah banyak kita jumpai pada zaman sekarang ini. Semuanya bertujuan untuk memudahkan kaum muslimin dalam menghafal dan menjaganya di dalam dada.

Namun satu hal yang cukup menyayat hati ialah adanya anggapan bahwasanya menghafal tidaklah terlalu penting, sebab yang terpenting adalah kita memahami maknanya. Doktrin semacam ini cukup mendapat sambutan hangat dari kalangan penuntut ilmu, hal ini terbukti mampu mengurangi perhatian mereka dalam menghafal, baik Al-Quran atau berbagai matan ilmu yang lain.

Berangkat dari fenomena tersebut, kami ingin mengajak para pembaca untuk merenungi metode Jibril ‘alaihissalam tatkala mengajarkan Al-Quran kepada Nabi akhir zaman Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam.

Hafal dulu baru Pahami

Metode yang tepat dalam mempelajari ilmu adalah menghafalkan lafadznya terlebih dahulu baru kemudian menggali makna yang terkandung didalamnya, termasuk dalam hal ini alah menghafalkan Al-Quran. Hal tersebut sudah tersirat dalam firman Allah subhanahu wata’ala tatkala menceritakan keadaan Nabi Muhammad shollallohu ‘alah wasallam saat menerima wahyu Al -Quran :



 (16) Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.

(17) Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

(18) Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.

(19) Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.

(QS Al Qiyamah : 16-19)

Ayat diatas menggambarkan dengan jelas bahwasanya urutan yang tepat untuk mempelajari Al-Quran ialah menghafalkannya terlebih dahulu baru kemudian memahami isi kandungannya.

Metode ini sejatinya sudah diterapkan oleh para ulama terdahulu. Terbukti hampir tiap kali saat membaca biografi para ulama akan kita dapati bahwa mereka mengawali perjalanan menuntut ilmu dengan menghafalkan Al-Quran terlebih dahulu, bukan langsung mendalami tafsirnya baru kemudian fokus menghafalkannya.

Salah satu contoh nyata penerapan metode ini adalah kisah Imam Asy Syafi’i rohimahulloh. Diceritakan bahwa sebelum beliau mendatangi Imam Malik rohimahulloh untuk mempelajari Kitab Al Muwattho’, beliau sudah menghafalkannya terlebih dahulu dari awal hingga akhir. Perlu diketahui bahwa beliau saat itu baru menginjak usia 10 tahun.

Para ulama juga menekankan pentingnya menghafal bagi seorang penuntut ilmu, diantara nasehat mereka ialah :

 “Ilmu bukanlah apa yang terdapat dalam lemari buku, akan tetapi ilmu yang sesungguhnya adalah apa yang ada dalam dada”

 “Maka menghafallah, sebab mereka yang hafal akan menjadi seorang Imam”  (Imam Ar Rohab rohimahulloh)

Metode para ulama tersebut juga dterapkan di Pesantren Hamalatul Quran dalam mendidik generasi Qurani. Dimana pada 3 tahun pertama para santri fokus menghafal Al-Quran beserta berbagai matan ilmiah. Barulah saat memasuki madrasah ‘Aliyah mereka akan difokuskan untuk menggali mutiara yang tersimpan dalam lautan ilmu yang sudah mereka hafal sebelumnya.

Wallahu a’lam

Referensi :

Iqro`ul Quran, Dakhil bin Abdillah Ad Dakhil

Syarhu Az Zarqoni ‘ala Al Muwatho`, Muhammad Az Zarqoni



***
Ditulis oleh : Afit Iqwanudin, A.Md, Lc
(Alumni PP Hamalatulqur’an Yogyakarta, Mahasiswa Pascasarjana jurusan Ilmu Qiro’at, Fakultas Qur’an di Universitas Islam Madinah KSA)

Target Khatam (Aplikasi Android)




Target Khatam (Aplikasi Android)
Rahmadi Deswira

Assalamualaikum, apakah anda pernah mengalami:

•Sering punya keinginan khatam Alquran, namun kenyataannya tidak mudah, sering tidak terwujud?
•Ingin khatam di bulan Ramadhan tapi sulit berhasil, merasa tidak sebanding antara waktu dengan jumlah halaman yang harus dibaca?
•Tidak yakin bisa khatam, karena melihat Alquran yang tebal? Jumlah halaman yang banyak?
•Kurang motivasi untuk membaca dan khatam Alquran, karena tidak ada target yang akan dicapai?
•Sering lupa membaca Alquran setiap hari, karena tidak ada yang mengingatkan?
•Semua itu sedikit demi sedikit memupus semangat anda, sehingga keinginan khatam cuma tinggal kenangan??

Bila ya, ada kabar gembira untuk anda. Alhamdulillah, telah hadir aplikasi "Target Khatam"! Membantu anda membuat target agar lebih mudah khatam Alquran (insya Allah)!

Keutamaan:

•Target yang fleksibel! Bisa membuat target khatam berdasarkan Jumlah Hari (ingin khatam dalam berapa hari), Tanggal (ingin khatam tanggal berapa) atau Jumlah Halaman (ingin baca berapa halaman per hari)!
•Informasi yang jelas! Berapa halaman yang harus dibaca, sudah halaman berapa, tanggal dan berapa hari lagi akan khatam dll! Anda akan dipandu sampai halaman terakhir!
•Tidak ada detail yang hilang! Kekurangan/kelebihan baca dicatat, diperhitungkan untuk hari selanjutnya!
•Saran Pembagian! Target dipecah lagi per waktu salat, agar lebih ringan dan jelas, berapa yang harus dibaca sebelum dan sesudah salat!
•Progres detail per hari! Dengan info target vs realisasi, kekurangan/kelebihan baca, persentase keberhasilan dll!
•Pencatatan progres mudah! Bisa mencatat berdasarkan Nomor Halaman atau Jumlah Halaman yang dibaca!
•Pengingat baca! Dengan waktu yang bisa disesuaikan dengan kesibukan anda, tidak lagi terlewat baca Alquran (insya Allah)!
•Tidak harus mulai dari awal! Target anda tidak tercapai? Atau anda baru mulai pakai aplikasi? Tidak masalah! Tentukan ingin baca mulai halaman berapa, dan lanjutkan bacaan anda!
•GRATIS!! Tidak dibatasi waktu, tidak ada fitur yg dimatikan, semuanya FULL!

Yuk unduh aplikasinya dan rasakan manfaatnya! Semoga Allah jadikan kita semua muslim yang rutin membaca dan khatam Alquran di setiap keadaan.

Mohon sebarkan. "Siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya." HR. Muslim 3509.

Profil Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an - Mencentak Generasi Al-Qur'an

Memiliki anak yang hafidz atau hafal Al-Qur'an adalah dambaan setiap  orangtua. Salah satu cara menjadikan mereka hafal Qur'an adalah memasukan mereka ke pondok tahfidz Al-Qur'an.
Pondok pesantren Hamalatul Qur'an Yogyakarta adalah salah satu lembaga yang insyaAllah akan membibing anak-anak kita menjadi hafidz Al-Qur'an.

Yuk tonton video Profil Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an - Mencentak Generasi Al-Qur'an. (Yufid.TV official website: http://yufid.tv)

Mulianya Penghafal Al-Qur’an





Bismillahirrahmanirrahim..

Berjuang akan lebih ringan, saat kita tahu ganjaran di balik langkah juang kita. Menjadi penghafal Al-Qur’an, adalah cita-cita sangat mulia. Dan tak ada sesuatupun yang mulia, kecuali butuh perjuangan besar untuk mendapatkanya. Oleh karenanya, untuk menjadi penghafal Al-Qur’an butuh sabar dan semangat juang yang tak kenal lelah dan menyerah. Perjuangan ini, akan terasa ringan dan lelahnya akan terlupakan, jika kita mengetahui istimewanya menjadi penghafal Al-Qur’an.

Berikut ulasannya :

Pertama, pahala berlimpah.

Allah berfirman,

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Al-Qur’an dan melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang dianugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi. Agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri. (QS. Fathir : 29-30)

Kata Imam Al-Baghowi rahimahullah, makna “perdagangan yang tak akan merugi” adalah,

pahala yang telah Allah janjikan..(Tafsir Al Baghowi).

Dan bila kita renungi ayat di atas, ternyata mengandung pesan indah bagi pada penghafal Al-Qur’an. Ayat ini sedang berbicara tentang penghafal Al-Qur’an, yang mengamalkan apa yang dia hafal. Pada awal ayat, Allah menyebut “orang-orang yang menghafal Al-Qur’an”. Kemudian di kelanjutan ayat, Allah menyebut amalan-amalan istimewa berupa sholat dan infak di jalan Allah. Baru kemudian Allah menjelaskan ganjarannya, yaitu orang-orang yang seperti inilah yang mengharap perdagangan dengan Allah, yang pasti untung. Berupa pahala yang melimpah ruah. Menunjukkan bahwa :

[1] Penghafal Al-Qur’an yang jujur mengharap ridho Allah, adalah mereka yang mengamalkan ayat-ayat suci yang dia hafalkan.

Mengumpulkan antara membaca/menghafal Al-Qur’an, dan amal.

Senada dengan penjelasan Imam Qurthubi rahimahullah saat menafsirkan ayat di atas,

Ayat ini, adalah ayat yang berbicara tentang orang-orang yang pandai membaca dan menghafal Al-Qur’an, yang mengamalkan dan juga mengilmui. Mereka yang giat melakukan sholat wajib maupun sunah, dan juga dermawan dalam berinfak. (Tafsir Al-Qurtubi)

[2] Penghafal Al-Qur’an yang mendapat pahala berlimpah yang dijanjikan dalam ayat, adalah mereka yang mengamalkan ayat-ayat yang mereka hafal.

Kedua, orang terbaik.

Menjadi orang terbaik di mata dunia adalah dambaan banyak orang. Disanjung, dihormati, disegani, dimuliakan dimana-mana.. siapa yang tidak tergiur dengan fasilitas istimewa itu. Oleh karenanya orang rela berjuang maksimal demi meraih kemuliaan ini, melalui ketenaran, kursi jabatan, karir dan sarana lainnya.

Namun sayang, itu bukan kemuliaan hakiki. Mungkin akan berakhir bersama berakhirnya masa jabatan atau ketenaran. Karena, tak ada yang abadi di dunia ini. Bahkan seringkali dunia ini memberikan kebohongan.

Ada satu langkah untuk menjadi manusia terbaik dan anda akan mendapatkan kemuliaan hakiki. Hakiki karena dengan langkah ini, anda mulia di mata Allah ‘azza wa jalla dan RasulNya. Apakah itu ?

Biarlah Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang menjawab,

“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Ketiga, bersama malaikat yang mulia.

Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
.
“Perumpamaan orang yang membaca Qur’an sementara dia telah menghafalkannya, dia bersama para Malaikat yang mulia. Dan perumpamaan yang membaca dalam terbata-bata, dia mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Bersama Al Qur’an, selalu kebahagiaan yang kita dapatkan. Mahir membaca dan menghafal Al-Qur’an, bersama malaikat yang mulia. Kurang pandai baca Qur’an, tidak perlu putus asa, anda mendapat dua pahala, pahala berjuang memperbaiki bacaan Qur’an dan pahala membaca Al Qur’an.

Subhanallah.. dua kondisi yang selalu menguntungkan.

Sampai Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah saat ditanya mana yang lebih utama, jihad atau membaca Al Qur’an. Beliau menjawab membaca Al Qur’an lebih utama berdasarkan hadis ini. (Lihat : catatan kaki hal. 14, At-Tibyan)

Keempat, derajat tinggi di surga.

Nabi shalallahu alaihi wa sallam mengabarkan,

“Di akhirat nanti, dikatakan kepada para penghafal Al-Qur’an, “Bacalah dan naiklah. Bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya tartil saat di dunia. Karena derajatmu di surga tergantung pada ayat terakhir yang engkau baca. (HR. Abu Dawud)

Sampai sebagian ulama, seperti Imam Al Khottobi rahimahullah menyimpulkan dari hadis ini, bahwa derajat surga sejumlah ayat dalam Al-Qur’an. Semakin banyak ayat Qur’an yang dibaca di hari Kiamat kelak, setinggi itu pula derajatnya di Surga. (Lihat : Shohih at Targhib wat Tarhib, 2/165)

_______

Referensi :
– At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, Dar Ibnu Hazm, tahqiq : Muhammad Al Hajjar. Cetakan keempat.
– Shohih at Targhib wat Tarhib, Maktabah Al-Ma’arif, Riyad, cetakkan pertama.
– Tafsir Al Baghowi
– Tafsir Al Qurthubi

***

Ditulis oleh: Ahmad Anshori, Lc.
Hamalatulquran.com

6 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran dalam 3 Tahun Bagi Orang Sibuk





Selama 10 tahun terakhir, ruh Al-Qur'an di negeri ini semakin akrab dengan generasi muda. Banyak sekali para huffadzul Quran Allah hadirkan untuk kita, padahal usia mereka masih sangat belia. Seperti salah satu pemenang Hafidz Cilik Indonesia, Musa -hafidzahulah- dan teman-temannya di acara tersebut. Mereka akan menjadi motivasi bagi anak-anak kita untuk menjadi keluarga Allah dan orang-orang pilihan Nya di bumi. Kita selalu diminta bersyukur atas nikmat tersebut.

Begitupun di kalangan remaja, mencuatnya lantuan merdu tilawah para hafidz muda seperti Fatih Seferagic dari Amerika Serikat dan Muzammil Hasballah dari Tanoh Rencong, Indonesia adalah salah satu isyarat bahwa generasi muda kita sudah mulai bosan dengan nyanyian dan musik. Mereka lebih senang dan tenang menyimak ayat-ayat Nya dibaca.

Saya melihat bahwa lembaga pendidikan Al-Qur'an untuk segala jenjang usia, juga mulai lahir dan tumbuh di setiap pelosok provinsi dari Sabang hingga ke Merauke bukti bahwa tidak lama lagi Al-Qur'an kembali akan menjadi bacaan dan renungan wajib setiap muslim sebelum mereka berucap dan bertindak dalam kesehariannya.

Oleh karena itu, wujud dari syukur masyarakat negeri ini atas anugerah mahal di atas mestinya dilanjutkan dengan bertanya :

Bagaimana caranya bagi saya untuk ikut serta mengjadi penghafal Al-Quran?

Apakah saya bisa menghafal Al-Qur'an dengan kesibukan saya yang sangat padat?

Berapa lama saya bisa menyempurnakan hafalan 30 Juz Al-Qur'an?

Karena kita ingin ruh Al-Quran yang sudah akrab ini benar-benar mengalir dalam nafas dan dari generasi kita ke depannya.

Artikel ini hadir untuk menjawab 3 pertanyaan di atas. Teruskan membaca...

6 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran untuk Pemula

Langkah 1 : Malu tidak menghafal Al-Quran
Langkah 2 : Mengikhlaskan niat hanya untuk Allah
Langkah 3 : Mencari Guru Al-Qur'an
Langkah 4 : Memperbaiki bacaan Al-Qur'an
Langkah 5 : Menggunakan metode menghafal yang tepat

Di sini saya akan mengulas lebih banyak karena ini sebenarnya intisari dari artikel ini. Berikut metode menghafal Al-Quran tanpa menghafal untuk anda yang memiliki kesibukan yang padat:

Anda mengikuti bacaan guru hingga lancar sesuai kaidah Tajwid per ayat, usahakan meniru irama Guru semirip mungkin.

Anda membaca ayat tersebut (harus melihat ke Mushaf) sebanyak 20 kali dengan perlahan dan konsentrasi penuh, gunakan jemari tangan kanan Anda untuk menghitung jumlah bacaan Anda tersebut.

Apabila sudah selesai membanyak 20 x sambil melihat, maka sekarang coba Anda menghafalnya dengan membaca ayat tersebut tanpa melihat sebanyak 5 kali, dan pastikan anda usdah lancar menghafalnya.

Kemudian Anda menghubungkan ayat yang dihafal dengan ayat sebelumnya (jika ada) dan/atau dengan ayat sesudahnya dengan membacanya dengan melihat sebanyak 5 kali lalu membaca tanpa melihat sebanyak 5 kali.

Setelah selesai menghafal 1 halaman, setorkan hafalan anda kepada seorang guru dengan seksama. Jika ada kekeliruan, perhatikan kesalahan anda, lalu perbaikilah dengan segera, bila perlu beri tanda di mushaf hafalan Anda dengan pensil 2B, hal ini dilakukan agar kekeliruan yang sama tidak terulang.

Lakukan 5 langkah di atas untuk halaman berikutnya.

Langkah 6 : Memperbanyak do'a.

Gunakan waktu-waktu mustajab untuk bermunajat kepada Allah agar Anda dipilih menjadi penghafal Al-Qur'an dari sekian banyak manusia di muka bumi.

Saya yakin, setelah anda menjalani keenam langkah di atas, dalam waktu kurang lebih 3 tahun anda akan mampu menyelesaikan hafalan Al-Qur'an 30 juz sesibuk apapun anda sekarang. Di awal mungkin anda tidak mampu mengahafal dalam jumlah besar atau dalam waktu yang cepat, namun anda harus tahu bahwa kemampuan menghafal anda terus berkembang. Semakin sering anda menghafal semakin kuat hafalan anda dan semakin banyak memori anda dapat menampung hafalan-hafalan baru berikutnya.

Di akhir, saya ingin bercerita sedikit...

Suatu hari sahabat dekat saya yang sangat dermawan bertanya : Ustadz, bagaimana ustadz bisa menghafal Al-Qur'an sebanyak 604 halaman?

Saya balik bertanya : Bang, bagaimana abang bisa menghafal harga modal, harga jual dan keuntungan ribuan barang yang abang jual?

Dia paham dan tersenyum.

Begitulah ketika anda membersamai Alquran, maka ia akan bersama anda kapan saja dan dimana saja, oleh karena itu, saya sangat terkesan dengan kalimat Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah -rahimahullah-, kata beliau : "Tidaklah ilmu ini akan kokoh, melainkan dengan diulang-ulang".

https://www.onehafiz.com/

Rasulullah SAW sedih karena 70 sahabatnya yang hafal Alquran dibantai musuh.





Rasulullah SAW kerap menerima ujian dalam menyebarkan dakwah Islam kepada umat manusia. Di antaranya adalah pengkhianatan yang menyebabkan musnahnya nyawa para sahabat mulia yang hafal Alquran.

Insiden itu disebut sebagai tragedi Bir Ma'una. Sebanyak 70 orang sahabat Rasulullah SAW terbunuh oleh para pengkhianat. Karena hafal Alquran, para sahabat Nabi SAW itu digelari Jama'ah Qurra'. Sebagian besar dari mereka berasal dari kaum Anshar.

Rasulullah sangat menyayangi mereka. Para sahabat ini senantiasa menghabiskan malam hari dengan berzikir dan membaca Alquran di masjid. Pada siang hari, banyak di antaranya yang menghadiri majelis Rasulullah SAW.

Bagaimana insiden nahas itu bermula? Awalnya, datang seorang laki-laki bernama Amir bin Malik. Dia berasal dari Bani Amir, sebuah kabilah di Nejed. Kepada Nabi SAW, dia meminta agar beliau mengirimkan Jama'ah Qurra' itu kepada kabilahnya.

Para sahabat yang hafizh itu dimintanya untuk mengajarkan Islam dan Alquran kepada kaumnya.

Mulanya, Rasulullah SAW merasa ada yang tidak beres. Beliau khawatir bila nantinya akan terjadi sesuatu yang buruk atas para sahabatnya tersebut.

Namun, Amir bin Malik terus membujuk Nabi Muhammad SAW. Dia bahkan memberikan jaminan atas keselamatan mereka dengan dirinya sendiri. Akhirnya, Rasulullah SAW mengizinkan. Beliau mengirimkan ketujuh puluh orang sahabatnya itu kepada kabilah Bani Amir.

Di samping itu, beliau juga menitipkan kepada mereka sepucuk surat. Isinya, ajakan untuk memeluk Islam kepada segenap pimpinan kabilah tersebut. Pemuka kabilah sasaran dakwah ini bernama Amir bin Tufail.

Maka berjalanlah mereka. Tatkala hampir sampai di perkampungan Bani Amir, para sahabat ini pun berkemah di sebuah tempat yang bernama Bir Ma'una.

Salah seorang sahabat yang bernama Haram pergi ke perkampungan Bani Amir. Tujuannya, menemui pimpinan kabilah sekaligus menyampaikan surat dari Rasulullah SAW tadi.

Namun, pimpinan kabilah tersebut, Amir bin Tufail, ternyata amat membenci Islam. Dia menampik surat dari Nabi SAW itu. bahkan sebelum membacanya.

Tanpa banyak cakap, keponakan Amir bin Malik itu langsung melemparkan tombak ke tubuh Haram, sehingga sang sahabat ini gugur seketika. Menjelang ajalnya, Haram masih sempat berseru: "Demi Tuhannya Ka'bah, aku telah mencapai kejayaan!"

Amir bin Tufail tidak mengindahkan jaminan yang telah diberikan Amir bin Malik atas segenap Jama'ah Qurra' it. Tidak peduli pula pada kebiasaan di Jazirah Arab, yakni tidak boleh membunuh duta dari kabilah luar.

Setelah itu, Amir bin Tufail mengajak kaumnya agar membantai para sahabat Nabi yang masih berkemah di Bir Ma'una. Awalnya, para bawahannya ragu-ragu karena adanya jaminan yang telah diberikan Amir bin Malik kepada para sahabat Rasulullah SAW itu.

Amir bin Tufail pun menggalang dukungan dari kabilah-kabilah lain di sekitar perkampungannya. Setelah pasukan koalisi itu terkumpul dalam jumlah yang besar, maka serbuan pun dijalankan.

Mereka membunuh semua sahabat Nabi yang ada di sana kecuali satu orang yang tersisa, Ka'ab bin Zaid. Pria ini dikira telah meninggal, padahal masih bernyawa meski luka-luka.

Kabar pembantaian ini pun sampai ke telinga Rasulullah SAW. Beliau sangat sedih dan marah atas kebiadaban Amir bin Tufail dan sekutu.

Sejak saat itu, dalam tiap shalat lima waktu berjamaah, Nabi SAW membacakan doa qunut nazilah kala memimpin shalat. Itu dilakukannya selama beberapa puluh hari. Dalam doa itu, Rasulullah SAW menyebut nama-nama kabilah dari pasukan koalisi tersebut, dengan harapan Allah SWT menimpakan balasan kepada mereka.

(https://khazanah.republika.co.id)

Perjuangan Inayah Tiap Malam Lewati Kuburan Demi Hafal Al Quran




Inayah, gadis berusia 16 tahun asal Palembang, rela mengunjungi kampung-kampung yang jaraknya cukup jauh dengan tempat tinggalnya. Hal itu dilakukannya demi menghafal Al Quran.

"Akhirnya Inayah bawa motor sendiri. Ngajinya habis maghrib. Karena jauh saya berangkat pukul 16.30 WIB. Pulang habis Isya sampai rumah pukul 23.00 WIB," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (28/4/2018).

Ia mengaku tak jarang mendapatkan teguran guru ngaji karena terlambat. Ayahnya juga sempat meminta untuk berhenti mengaji karena jarak yang jauh membuatnya tak sanggup mengantar dan menjemput. Inayah akhirnya mengendarai motor sendiri.

"Takut banget sebetulnya. Kalau malam melewati kuburan China. Tapi Inayah benar-benar ingin hafal Quran untuk mengubah dan menaikkan derajat keluarga," ujarnya.

Ia bercerita alasan ingin menghafal Al Quran karena menilai keluarganya yang jauh dari agama. Ayahnya tak pernah salat dan puasa, sementara sejak lahir hingga usia 6 tahun ia tak pernah bertemu ibunya. Sang ibu diketahui menjadi TKW di Kuwait.

"Inayah baru kenal ibu pas umur 6 tahun. Ibu pulang dari Kuwait. Waktu itu sama sekali enggak kenal itu siapa terus dikasih tahu sama tante ternyata itu ibu Inayah," tuturnya.

Namun semenjak menghafal Al Quran, ia menuturkan keadaan keluarganya menjadi lebih baik. Sang ayah yang tak pernah puasa kini telah mulai sadar meski masih tahap belajar.

"Sejak Inayah kenal Al Quran, semuanya berubah. Alhamdulillah, ayah juga sekarang sudah puasa walaupun puasanya cuma full pas hari pertama dan terakhir Ramadan. Ayah udah ngerasa malu karena adik-adik puasanya semua full," imbuhnya.

Kini, Inayah adalah salah satu dari 11 santriwati Pesantren Takhassus Daarul Quran Bangun Reksa, Ciledug, Tangerang. Hafalannya sudah 8 juz. Ia mengaku tak akan pulang ke Palembang jika belum hafal 30 juz. Inayah punya cita-cita sekolah di Mesir dan membangun pesantren di sejumlah negara.

Pesantren Takhassus Daarul Quran adalah lembaga yang mencetak generasi muda untuk menghafal Quran, sekaligus pengkaderan calon-calon pemimpin berlandaskan Al Quran.

Inayah juga memutuskan untuk memakai bercadar. Ia mengaku ingin hijrah setelah sempat berpenampilan tomboy.

"Saya dulu tomboy pakai celana Levi's, suka nggak bisa menahan suara. Jadi biar saya malu sama cadar. Ibu juga sekarang sudah berjilbab sejak Inayah menutup aurat," pungkasnya.

(Sumber: https://news.detik.com)