Rumah Tahfiz Tunas Quran Berawal dari Mendidik Anak Sendiri


Berawal dari keinginan untuk mendirikan madrasah terbaik bagi keluarganya, Winardi Abu Fathimah mendidik anak-anaknya sendiri. Ia mengajari anak-anaknya mengaji dan menghafal Alquran setiap hari.

Hasil pendidikan yang ia berlakukan bagi keluarga rupanya menarik minat para tetangga. Ia dan sang istri akhirnya membuka pendaftaran bagi anak-anak yang berminat belajar menghafal Alquran.

"Hanya sehari setelah pendaftaran dibuka, alhamdulillah ada tiga anak yang langsung mendaftar. Jadi waktu itu total ada sekitar 10 anak awalnya," ujar istri Winardi, Hartati, saat dihubungi Republika, Selasa (16/2).

Dari upaya kecil inilah Rumah Tahfidz Tunas Quran berdiri sejak 15 Februari 2015. Kegiatan belajar-mengajar dilakukan di rumah kontrakan berbentuk petakan yang sempit dan sederhana.

Para santri Tunas Quran masih berusia setara SD kelas I hingga kelas V. Sebelum menghafal, mereka diajari cara membaca Alquran yang baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid. Selanjutnya, mereka diajak menghafalkan ayat demi ayat.

Pembelajaran di Rumah Tahfiz Tunas Quran meliputi kelas iqra dan kelas tahfiz. Kelas iqra belajar pada sore hari seperti umumnya pendidikan nonformal di taman pendidikan Alquran (TPQ). Hingga kini, jumlah siswa telah mencapai 40 anak dengan lima guru pendamping.

Kelas tahfiz dibagi lagi dalam dua subkelas, yaitu kelas regular dan kelas khusus. Di kelas reguler, anak-anak dituntut menghafal Alquran lima baris per sekali setoran. Mereka ditargetkan dapat menghafal satu juz dalam setahun.

Di kelas khusus, anak-anak diminta menghafal satu muka (baca: satu halaman) per hari. Dalam sebulan, mereka diharapkan dapat menghafal satu juz.

Santri kelas tahfiz kini telah mencapai 26 anak. Mereka belajar dengan dua jam pelajaran, yaitu pagi pukul 05.00 WIB hingga 06.15 WIB. Pembelajaran dihentikan sebelum para santri berangkat ke sekolah formal masing-masing. Sore harinya mereka kembali belajar pada jam 17.30 WIB hingga isya.

Walau baru setahun, Rumah Tahfidz Tunas Quran mulai mendapat tempat di hati masyarakat Rawalumbu, Bekasi Timur. Sistem belajar di lembaga ini dinilai efektif dan serius.

Dalam beberapa ajang, santri Tunas Quran juga mampu unjuk gigi. Santri Tunas Quran tercatat pernah menempati posisi pertama dan kedua Lomba MHQ di Masjid Aliyah, Karawang Barat, 2015. Ada pula yang menjadi juara kedua Lomba MHQ di Masjid Riyaadhus Sholihiin, Perumahan Mutiara Insani, juara kedua Lomba MHQ di Masjid at-Thoifah al-Manshurah, Perum Bekasi Timur Regency di tahun yang sama.

Di tingkat nasional, santri Rumah Tahfidz Tunas Quran pernah menjadi grandfinalis ajang Akademi Anak Hafidz Indonesia (AHAI) 2015 di Pusat Studi Jepang UI, Depok, dan juara pertama tingkat nasional di ajang Lomba MHQ the 3rd Islamic Education Expo 2015. Santri yang menang mendapat beasiswa penuh pendidikan di Ibnu Hajar Boarding School, Jakarta.

Hingga kini, lembaga pendidikan nonformal ini beraktivitas di bawah pembinaan Ustaz Khusna Fachrudin. Winardi dan istrinya memang belum mendaftarkan keabsahan yayasan ini. Walau begitu, mereka terus mencari orang-orang yang sevisi guna mengembangkan yayasan untuk menaungi Rumah Tahfiz Tunas Quran. Oleh Sri Handayani, ed: Hafidz Muftisany (https://republika.co.id)

0 komentar:

Posting Komentar