Yufid Documentary: Man Jadda Wajada - Kisah Inspiratif Penghafal Al-Qur'an

Anda pernah berangan-angan bisa menghafal Al-Qur'an?
Berbagai metode dan cara ditempuh agar Anda bisa hafal Al-Qur'an.
Namun, tak kunjung ada hasilnya. Akhirnya Anda pun menyerah dan menerima keadaan Anda.

Sepertinya Anda perlu menonton video motivasi dan inspiratif dari seorang santri di salah satu pondok pesantren di Yogyarkarta berikut.


Yuk tonton video Yufid Documentary: Man Jadda Wajada - Kisah Inspiratif Penghafal Al-Qur'an.

Prioritaskan Menghafal Al Qur’an



Al Khotib Al Baghdadi berkata, “Selayaknya bagi setiap penuntut ilmu memulai dari menghafalkan Al Qur’an. Karena Al Qur’an adalah ilmu yang paling mulia dan yang paling pantas didahulukan.” (Al Jaami’ li Akhlaaqir Rowi wa Li Aadabis Saami’)

Diceritakan bahwa Ibnu Jarir Ath Thobari berkata, “Aku menghafal Al Qur’an pada usia 7 tahun, aku mulai belajar shalat jama’ah pada usia 8 tahun dan aku mulai menulis hadits pada usia 9 tahun.”

Ibnu Kholdun rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa mengajarkan Al Qur’an kepada anak-anak merupakan bagian dari syi’ar agama Islam dan yang dipraktekkan umat ini. Praktek ini pun tersebar di setiap negeri. Pengaruhnya, hafalan quran bisa lebih mengokohkan iman. Setelah itu barulah kuasai akidah dari ayat-ayat Qur’an, lalu kuasai sebagian matan  hadits.”

Keutamaan menghafalkan Al Qur’an sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Al Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914, shahih kata Syaikh Al Albani).

Ibnu Hajar Al Haitami rahimahullah berkata, “Hadits di atas menunjukkan keutamaan khusus bagi yang menghafalkan Al Qur’an dengan hatinya, bukan yang sekedar membaca lewat mushaf. Karena jika sekedar membaca saja dari mushaf, tidak ada beda dengan yang lainnya baik sedikit atau banyak yang dibaca. Keutamaan yang bertingkat-tingkat  adalah bagi yang menghafal Al Qur’an dengan hatinya. Dari hafalan ini, bertingkat-tingkatlah kedudukan mereka di surga sesuai dengan banyaknya hafalannya. Menghafal Al Qur’an seperti ini hukumnya fardhu kifayah. Jika sekedar dibaca saja, tidak gugur kewajiban ini. Tidak ada yang lebih besar keutamaannya dari menghafal Al Qur’an. Inilah yang dimaksudkan dalam hadits di atas dan inilah makna tekstual yang bisa ditangkap. Malaikat akan mengatakan pada yang menghafalkan Al Qur’an ‘bacalah dan naiklah’. Jadi yang dimaksud sekali lagi adalah bagi yang menghafal Al Qur’an dari hatinya.” (Al Fatawa Al Haditsiyah, 156)

Semoga Allah memudahkan kita menjadi penghafal-penghafal Al Qur’an dan penjaga kitabullah.

Wallahu waliyyut taufiq.

Sumber: Dalil Al Hifzh Al Muyassar (Petunjuk Menghafal Al Qur’an)

www.rumaysho.com


Hafalkan Meski Tidak Hafal-hafal - Poster Dakwah Yufid TV

Hafalkan Meski Tidak Hafal-hafal - Poster Dakwah Yufid TV


Poster Dakwah Yufid TV kali ini akan membahas tentang hafalkan meski tidak hafal-hafal. Setiap muslim harus memiliki hafalan quran, namun banyak dari kita yang sulit untuk bisa menghafal quran. Berikut motivasi agar kita tetap istiqomah menghafal quran meskipun tidak hafal-hafal.  Simak motivasinya dalam video poster dakwah berikut ini…

Kisah Inspiratif Berjuang Menjaga Hafalan Al-Qur'an - Yufid Documentary

Sudah tahukan Anda bagaimana perjuangan para penghafal Al-Qur'an dalam menjaga hafalannya?
Simak video kisah inspiratif dari seorang santri Pondok Pesantren Ibnu Abbas Sragen Ahmad Zulkarnain Hambali dalam menjaga hafalan Al-Qurannya.


Yuk tonton video Kisah Inspiratif Berjuang Menjaga Hafalan Al-Qur'an - Yufid Documentary.

Serial Belajar Tahsin ( 1 - 4 ) - bersama Ustadz Ulin Nuha (VIDEO)

Berikut kami sajikan “ Serial Belajar Tahsin “  bersama Ustadz Moh. Ulin Nuha, S.Pd.I, M.S.I (SERIAL 1 S/D 4)

Biografi Singkat  Ustadz Moh. Ulin Nuha, S.Pd.I, M.S.I

-Pernah belajar di Universitas Islam Al-Madinah Al-Munawwarah fakultas Al-Qur'an
-Alumnus STIQ An-Nur Yogyakarta
-Alumnus Pascasarjana UMY, konsentrasi Psikologi Islam

Pengasuh PP Harun Assyafi’i
Pesantren Harun Asy-Syafi’i saat ini diasuh oleh KH. Moh. Ulin Nuha. Beliau dilahirkan di Kota Kudus, tanggal 19 September 1976. Di tanah kelahirannya, beliau memulai dalam menuntut ilmu Al-Qur’an dan cabang ilmu keagamaan lainnya.

Selanjutnya beliau pindah ke Wonosobo untuk lebih memperdalam ilmu Al-Qur’annya. Pada tahun 1999, beliau mendapat panggilan beasiswa untuk belajar di Kota Nabi, Madinah Saudi Arabia.

Untuk lebih menguatkan kemampuannya di bidang Al-Qur’an beliau mengambil Fakultas Al-Qur’an.
Di Kota Madinah ini, beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengeruk ilmu dari para ulama di Masjid Nabawi. Beliau mendatangi Syaikh Sayyid Lasyin yang merupakan pengajar Al-Qur’an Masjid Nabawi. Di bawah asuhan Syaikh Sayyid Lasyin inilah beliau mendapatkan sanad Al-Qur’an 
riwayat Hafsh dan Syu’bah.

Pada tahun 2003 beliau pulang ke Indonesia dan selanjutnya dipercaya untuk mengajar Al-Qur’an di PP. Taruna Al-Qur’an.


Ketika Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Harun Asy-Syafi’i berdiri tahun 2009, beliau dipercaya untuk mengasuh pondok ini.

















Sumber: http://yufid.tv



Membaca dengan Hafalan atau dengan Mushaf?



Mana yang lebih utama, membaca al-Quran dengan hafalan ataukah dengan melihat mushaf?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Ada pendapat ulama dalam masalah ini,

Pertama, membaca al-Quran dengan melihat mushaf, lebih utama dibandingkan dengan hafalan. Karena membaca dengan mushaf berarti kita melihat al-Quran. Dan ini memiliki nilai tersendiri. Mengingat umumnya orang membaca dengan melihat mushaf, hatinya bisa lebih konsentrasi merenungkan apa yang dia baca. Ini merupakan mayoritas ulama.

Ketika seseorang sama sekali tidak melihat mushaf, dikhawatirkan termasuk memboikot al-Quran. Allah berfirman,

Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan”. (QS. al-Furqon: 30)

Berdasarkan ayat ini, Imam Ibnul Jauzi menjelaskan,

Selayaknya bagi orang yang memiliki mushaf untuk membacannya dengan melihat mushaf beberapa ayat setiap hari. Agar tidak termasuk menjadikan al-Quran sesuatu yang diacuhkan. (al-Adab as-Syar’iyah, Ibn Muflih, 2/300).

Kedua, menimbang mana yang lebih bisa khusyu. Jika membaca melalui hafalan bisa lebih khusyu dan lebih bisa merenungkan isi al-Quran maka hafalan lebih utama, dan sebaliknya. Ini merupakan pendapat Ibnu Katsir, An-Nawawi dan beberapa ulama lainnya.

Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan,

Sebagian ulama mengatakan, inti dari masalah ini adalah khusyu. Jika dia bisa lebih khusyu ketika membacanya melalui hafalan, maka ini lebih afdhal. Namun jika dengan melihat mushaf bisa lebih khusyu, maka itu lebih afdhal.

Jika sama khusyunya, maka membaca dengan melihat ke mushaf lebih baik, karena lebih konsentrasi dan fokus dengan melihat ke arah mushaf. Imam an-Nawawi mengatakan dalam at-Tibyan, ‘Yang benar, bahwa keterangan para ulama dan praktek mereka, dipahami sesuai rincian ini.’ (Fadhail al-Quran, Ibnu Katsir, hlm. 136).

Allahu a’lam.

Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Read more https://konsultasisyariah.com/23658-membaca-dengan-hafalan-atau-dengan-mushaf.html

Tips Dari Rasulullah Bagi Penghafal Al Qur’an



Pembaca yang budiman, ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah memberikan tips dalam menghafalkan Al Qur’an agar cepat hafal dan tidak mudah hilang dari ingatan. Simak hadits berikut ini..

Dicatat oleh Ibnu Nashr dalam Qiyamul Lail (73),

“Yunus bin Abdil A’la menuturkan kepadaku, Anas bin ‘Iyadh mengabarkan kepadaku, dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’ dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda:

‘Jika seseorang shahibul Qur’an membaca Al Qur’an di malam hari dan di siang hari ia akan mengingatnya. Jika ia tidak melakukan demikian, ia pasti akan melupakannya‘”

hadits ini dicatat juga imam Muslim dalam Shahih-nya (789), oleh Abu ‘Awwanah dalam Mustakhraj-nya (3052) dan Ibnu Mandah dalam Fawaid-nya (54)

Derajat hadits

Hadits ini shahih tanpa keraguan, semua perawinya tsiqah. Semuanya perawi Bukhari-Muslim kecuali Yunus bin bin Abdil A’la, namun ia adalah perawi Muslim.

Faidah hadits

Hafalan Al Qur’an perlu untuk dijaga secara konsisten setiap harinya. Karena jika tidak demikian akan, hilang dan terlupa. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,

“Permisalan Shahibul Qur’an itu seperti unta yang diikat. Jika ia diikat, maka ia akan menetap. Namun jika ikatannya dilepaskan, maka ia akan pergi” (HR. Muslim 789)

Imam Al ‘Iraqi menjelaskan: “Nabi mengibaratkan bahwa mempelajari Al Qur’an itu secara terus-menerus dan membacanya terus-menerus dengan ikatan yang mencegah unta kabur. Maka selama Al Qur’an masih diterus dilakukan, maka hafalannya akan terus ada”.

Beliau juga mengatakan: “dalam hadits ini ada dorongan untuk mengikat Al Qur’an dengan terus membacanya dan mempelajarinya serta ancaman dari melalaikannya hingga lupa serta dari lalai dengan tidak membacanya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101-102)

Kalimat فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ (membaca Al Qur’an di malam hari dan mengingatnya di siang hari) menunjukkan bahwa membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hendaknya dilakukan setiap hari

Anjuran untuk terus mempelajari, membaca dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an secara konsisten, setiap hari, di seluruh waktu. Al Qurthubi menyatakan: “hal pertama yang mesti dilakukan oleh shahibul qur’an adalah mengikhlaskan niatnya dalam mempelajari Al Qur’an, yaitu hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla semata, sebagaimana telah kami sebutkan. Dan hendaknya ia mencurahkan jiwanya untuk mempelajari Al Qur’an baik malam maupun siang hari, dalam shalat maupun di luar shalat, agar ia tidak lupa” (Tafsir Al Qurthubi, 1/20).
Anjuran untuk lebih bersemangat membaca Al Qur’an di malam hari. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan (Qur’an) di waktu itu lebih kuat masuk hati” (QS. Al Muzammil)

Anjuran untuk muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an di siang hari dan malam hari

Hadits di atas tidak membatasi membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hanya malam dan siang saja, namun sekedar irsyad (bimbingan) dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam agar senantiasa melakukannya. Hadits riwayat Muslim di atas menunjukkan bahwa semakin sering membaca dan muraja’ah itu semakin baik dan semakin mengikat hafalan Al Qur’an. Dan pemilihan waktunya disesuaikan apa yang mudah bagi masing-masing orang. Syaikh Shalih Al Maghamisi, seorang pakar ilmu Al Qur’an, ketika ditanya tentang hal ini beliau menjawab: “waktu menghafal yang utama itu tergantung keadaan masing-masing orang yang hendak menghafal. Adapun berdasarkan tajribat (pengalaman), waktu yang paling baik adalah setelah shalat shubuh”

Hadits ini dalil bahwa shahibul qur’an, dengan segala keutamaannya, yang dimaksud adalah orang yang menghafalkan Al Qur’an, bukan sekedar membacanya. Al Imam Al Iraqi mengatakan: “yang zhahir, yang dimaksud shahibul qur’an adalah orang yang menghafalkannya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101). Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

“hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah”

maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).


Penulis: Yulian Purnama

Artikel Muslimah.Or.Id


Menghafal Al Quran Itu Wajib? - Poster Dakwah Yufid TV

Menghafal Al Quran Itu Wajib?

Video poster dakwah kali ini membahas tentang hukum menghafal Al Quran. Apakah menghafal Al Quran itu wajib?. Keutamaan menghafal Al Quran diantaranya adalah

1. para penghafal Al Quran disebut sebagai Shahibul Qur’an,
2. Al Quran akan menjadi Syafaat bagi Shahibul Qur’an,
3. menjadi derajat di Surga sesuai banyak hafalan,
4. termasuk dalam sebaik-baik manusia,
5. Allah akan mengangkat derajat Shahibul Qur'an di dunia,
6. dan diutamakan menjadi Imam.

Dari keutamaan-keutamaan menghafal Al Quran di atas kita seharusnya termotivasi untuk menghafal Al Quran, terlepas hukum menghafal Al Quran.


lalu bagaimanakah hukum menghafal Al Quran? apakah menghafal Al Quran itu wajib?. Yuk simak penjelasan selengkapnya dalam video berikut.

Saat Malas Muroja’ah Al-Qur’an





Bismillah..

Tak bisa dipungkiri bahwa keimanan seseorang itu bagaikan air laut, kadang pasang dan kadang surut. Oleh sebab itu akan datang suatu masa dimana murojaah Al-Quran terasa begitu berat dan sulit. Itulah yang disebut dengan futur.

Hal seperti ini merupakan sesuatu yang wajar. Namun kita perlu berhati-hati agar tidak terlena dengan rasa futur tersebut. Langkah yang tepat harus segera diambil sebelum terlambat. Diantaranya ialah :

1. Berdoa kepada Allah

Karena Dia adalah Dzat yang membolak-balikkan hati, mintalah kepada Allah agar senantiasa diteguhkan dalam ketaatan.

2. Jangan tinggalkan membaca Al-Quran

Meskipun dengan melihat mushaf
Saat futur melanda, paksa diri kita untuk tetap membaca Al-Quran meskipun hanya dengan melihat mushaf. Hal tersebut akan melatih kita untuk lebih mudah melawan rasa malas yang mungkin akan kembali datang lebih dahsyat dikemudian hari.

3. Baca biografi para ulama

Perjalanan hidup para ulama akan sangat cocok untuk mengisi ulang semangat yang mungkin sedang lowbat. Salah seorang ulama pernah menuturkan :

“Hikayat atau kisah merupakan salah satu dari tentara Allah, dengannya Dia teguhkan langkah orang-orang yang dikehendaki dari hambaNya” (Al Musyawwiq ilal qiroah)

4. Carilah teman yg rajin & sholeh

Memiliki teman yang baik merupakan langkah yang tepat untuk tetap berada dijalan istiqomah. Sebab ia akan mengingatkan kita disaat kita lalai dan mengajak kita untuk bahu membahu dalam melaksanakan amal sholeh.

Wallahu a’lam

Semoga Allah subhanahu wata’ala meneguhkan langkah kita dalam ketaatan. Amiin.

***
Sumber: Hamalatulquran.com


Istiqomah Dalam Menghafal Al Qur'an - Ustadz Adi Hidayat Lc MA (video)

Ceramah Agama: Cara Menghafal al Quran di Waktu Sibuk - Ustadz Abdullah ...

Menghafal al-Quran termasuk ibadah jika dilakuka ikhlas karena Allah dan bukan untuk mengharapkan pujian di dunia. Bahkan salah satu ciri orang yang berilmu menurut standar al-Quran, adalah mereka yang memiliki hafalan al-Quran. Oleh sebab itu sebagai kaum Muslimin kita sebisa mungkin berusaha untuk bisa menghafal al Quran dan mencari tahu tentang  cara menghafal al Quran dengan cepat dan mudah, cara menghafal dengan cepat, cara menghafal al Quran, cara menghafal quran, cara menghafal perkalian 1-10 dengan cepat, cara menghafal al Quran dengan cepat, cara menghafal juz 30 dengan mudah dan cepat, cara menghafal al Quran.

Video 5 menit yang menginspirasi kali ini Ustadz Abdullah Taslim Hafidzhahullah menjelaskan tentang cara menghafal al Quran di waktu sibuk. Yuk simak penjelasan selengkapnya dalam video berikut.


Sahabat Nabi Penghafal Al-Qur'an


Al-qur’an diturunkan Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Allah pula yang akan memelihara melalui manusia-manusia yang di pilih-Nya. Di masa Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam
hidup, beliau menanamkan kecintaan yang dalam kepada al-Qur’an di hati para sahabat. Di pundak para sahabat inilah Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam mengamanahkan teladan pelaksanaan al-Qur’an dan mewariskan petunjuk kehudupan ini bagi generasi-generasi selanjutnya.

Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam memberi petunjuk untuk mempelajari al-Qur’an dari penghafalnya. Tujuh orang yang terkenal sebagai penghafal al-Qur’an di zaman Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam, mereka adalah :

Ali Bin Abi Thalib

Ali adalah seorang penghafal al-Qur’an yang kuat dan termasuk diantara orang yang pertama kali mendapat hidayah islam. Ali berislam dalam usia belia. Ia memiliki nama lengkap Ali bin Abi Thalib Amir al-Mu’minin Abu al-Hasan al-Quraisyi al-Hasyimi. Ali terkenal zuhud, wara, dan dermawan ia menganggap rendah dunia dan selalu beramal untuk keridhaan Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Ia sangat memahami ilmu al-Qur’an. Abu Abdurrahman as-Sulmi berkata “aku tidak pernah melihat seorang yang lebih pandai dalam al-Qur’an daripada Ali”.Kehidupan Ali selalu diwarnai dengan al-Qur’an. Ali berkata tentang dirinya dan karunia Allah kepadanya “Demi Allah tidak satupun ayat yang diturunkan kecuali aku telah mengetahui tentang apa dan dimana diturunkan. Sesungguhnya Allah telah memberikan kecerdasan hati dan lidah yang fasih”. Ali syahid terbunuh pagi hari tanggal 17 Ramadhan 40 hijriah di kuffah. Ia dibunuh Ibnu Muljam al-Maradi.

Abumusa Al-Asy’ari

Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Qais bin Sulaim. Ia merupakan salah seorang sahabat Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam yang menghafal al-Qur’an. Ia mempunyai perhatian yang besar terhadap kitab suci ini.
Abu Musa dianugrahkan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala berupa suara yang merdu. Suara merdunya ini mampu menembus tirai hati orang-orang mukmin dan melenakannya . Rasulullah pun pernah memuji suaranya yang merdu itu “Ia ( Abu Musa ) benar-benar telah diberi seruling Nabi Daud”, begiu kata Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam. Sampai-sampai banyak para sahabat yang menanti-nanti Abu Musa untuk menjadi imam pada setiap kesempatan shalat.

Abu Musa telah mempelajari al-Qur’an langsung dari Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam
,ia mengajarkan dan menyebarkannya pada umat setiap negeri yang ia kunjungi. Perjalanan hidup dan kisah mulianya banyak terekam dalam kitab-kitab tarikh. Abu Musa wafat di usia 63 tahun pada tahun 44 hijriah. Ia telah meriwayatkan 365 hadits.

Abu Darda

Abu Darda adalah seorang hafidzh yang bijaksana. Ia termasuk orang yang mengumpulkan al-Qur’an dan menjadi sumber bagi para pembaca di Damaskus pada masa khalifah Utsman bin Affan.

Ia memiliki kedudukan yang tin ggi dalam hal ilmu dan amal dari para sahabat yang lainnya. Selama hidupnya ia mengajarkan kepada umat apa yang ia pelajari dari Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam. Ia guru yang selalu dinani-nanti murid-muridnya. 

Dalam pengakuan Suwaid bin Abdul Aziz dikatakan jika Abu Darda salat di masjid Damaskus ribuan manusia mengelilinginya untuk mempelajari al-Qur’an. Ia membagi-bagikan satu kelompok dengan sepuluh orang dan dipilih satu orang ketua. Ia hanya mengawasinya di mihrab. Jika ada yang salah mereka kembali kepada ketuanya. Jika ketua yang salah maka ketua tersebut menghadap Abu Darda untuk bertanya. Jumlah penghafal al-Qur’an dalam majlis Abu Darda mencapai 1.600 orang. 

Beliau wafat tahun 32 hijriah pada masa khalifah Utsman di Syam. Ia telah meriwayatkan 179 hadits.

Zaid Bin Tsabit

Zaid mempunyai nama lengkap Abu Said al-Khazraji al-Anshari. Ia merupakan sahabat anshar yang cerdas, penulis, penghafal dan mengusai ilmu. Ia mengalahkan orang lain dalam pengusaan ilmu al-Qur’an dan faraid. Ia juga mampu mempelajari kitab yahudi dalam waktu yang relative singkat atas permintaan Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam

Selain itu Zaid juga dikenal sebagai sekretaris kepercayaan Rasulullah dalam menerima wahyu. Apabila Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam menerima wahyu zaid selalu dipanggil untuk menulisnya. 
Zaid adalah sebagai penghimpun al-Qur’an dan menguasai informasi tentang al-Qur’an. Jasa Zaid dalam upaya kodifikasi al-Qur’an sangatlah mulia. Tiada yang mampu menandinginya dalam menulis kalamullah. 

Zaid wafat tahun 45 hijriah. Kepergiannya ditangisi seluruh penduduk madinah. Banyak orang yang merasa kehilangan , diantaranya Ibnu Abbas yang berkata “hari ini telah pergi seorang ulama besar dan tokoh cendekia”

Abdullah Bin Mas’ud

Ia memiliki nama lengkap Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil Abdirrahman al-Hadzali al-Maki al-Muhajiri. Ia merupakan salah seorang penghimpun al-Qur’an di masa Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam dan membacakan dihadapannya. Ia pernah berkata “Aku telah menghafal dari mulut Rasulullah tujuh puluh surat”
Abdullah selalu mengikuti Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam sejak usia belia. Pendengarannya selalu dihiasi dengan ayat-ayat al-Qur’an sejak turun kepada Rasulullah. Kiprahnya dalam memelihara al-Qur’an tidak diragukan lagi. Ia hidup bersama dan untuk al-Qur’an.
Abdullah menjadi ulama yang paling tahu tentang al-Qur’an. Tak heran jika Rasulullah memujinya dan mengajurkan para sahabat dan orang setelahnya untuk mempelajari kandungan al-Qur’an dari Abdullah bin Mas’ud.
Abdullah bin Mas’ud wafat pada tahun 32 hijriyah dalam usia 65 tahun. Ia wafat di madinah dan telah meriwayatkan 840 hadits.

Utsman Bin Affan

Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash Abu Amr Abu Abdillah al-Quraisy al-Amawi. Ia dikenal sebagai sahabat Rasul yang hatinya nempel dengan al-Qur’an.
Dimasa kekhalifaannya ia berhasil menghimpun al-Qur’an dalam satu mushaf dan menyebarkannya pada beberapa kota. Ali bin Abi Thalib pun memujinya “kalaulah Utsman tak melakukannya maka pasti akan kulakukan”. Selain itu Utsman juga mampu menyatukan al-Qur’an yang tujuh jenis huruf atau dialek sehingga terhindarlah malapetaka dan fitnah perpecahan umat. Di akhir kekhalifaannya ( tahun 35 hijriah ) terjadi kekacauan, Utsman di sekap di rumahnya selama empat puluh hari. Ia syahid terbunuh saat membaca al-Qur’an. Usianya 82 tahun.

Ubai Bin Ka’ab

Ia memiliki nama lengkap Ubai bin Ka’ab bin Qais Abu al-Mudzir al-Anshari al-Madani. Ubai hidup dalam naungan al-Qur’an. Ia selalu menyempatklan diri membaca al-Qur’an siang malam dan khatam dalam delapan malam. Umar bin Khattab pernah berkata “Qari paling baik diantara kami adalah Ubai”Umar juga pernah berkutbah di Jabiyah sembari menyatakan tentang pengetahuan Ubai terhadap al-Qur’an. Umar berkata “barang siapa yang hendak menanyakan tentang al-Qur’an datanglah ke Ubai”.Ubai telah menjadikan al-Qur’an sebagai sumber kebaikan dalam ucapan serta perbuatannya. Ubai selalu menasehati orang-orang untuk menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman dalam setiap perbuatan.Ubai termasuk skretaris Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam sebelum Zaid bin Tsabit. Ia bersama Zaid adalah sahabat yang paling tekun menulis wahyu dan menulis banyak surat. Keduanya menulis wahyu dalam pengawasan Rasulullah.Ubai wafat di madinah tahun 20 hijriah. Di hari wafatnya Umar berkata “hari ini telah meninggal seorang tokoh islam, semoga Allah meridhainya”.

Rumah Tahfiz Tunas Quran Berawal dari Mendidik Anak Sendiri


Berawal dari keinginan untuk mendirikan madrasah terbaik bagi keluarganya, Winardi Abu Fathimah mendidik anak-anaknya sendiri. Ia mengajari anak-anaknya mengaji dan menghafal Alquran setiap hari.

Hasil pendidikan yang ia berlakukan bagi keluarga rupanya menarik minat para tetangga. Ia dan sang istri akhirnya membuka pendaftaran bagi anak-anak yang berminat belajar menghafal Alquran.

"Hanya sehari setelah pendaftaran dibuka, alhamdulillah ada tiga anak yang langsung mendaftar. Jadi waktu itu total ada sekitar 10 anak awalnya," ujar istri Winardi, Hartati, saat dihubungi Republika, Selasa (16/2).

Dari upaya kecil inilah Rumah Tahfidz Tunas Quran berdiri sejak 15 Februari 2015. Kegiatan belajar-mengajar dilakukan di rumah kontrakan berbentuk petakan yang sempit dan sederhana.

Para santri Tunas Quran masih berusia setara SD kelas I hingga kelas V. Sebelum menghafal, mereka diajari cara membaca Alquran yang baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid. Selanjutnya, mereka diajak menghafalkan ayat demi ayat.

Pembelajaran di Rumah Tahfiz Tunas Quran meliputi kelas iqra dan kelas tahfiz. Kelas iqra belajar pada sore hari seperti umumnya pendidikan nonformal di taman pendidikan Alquran (TPQ). Hingga kini, jumlah siswa telah mencapai 40 anak dengan lima guru pendamping.

Kelas tahfiz dibagi lagi dalam dua subkelas, yaitu kelas regular dan kelas khusus. Di kelas reguler, anak-anak dituntut menghafal Alquran lima baris per sekali setoran. Mereka ditargetkan dapat menghafal satu juz dalam setahun.

Di kelas khusus, anak-anak diminta menghafal satu muka (baca: satu halaman) per hari. Dalam sebulan, mereka diharapkan dapat menghafal satu juz.

Santri kelas tahfiz kini telah mencapai 26 anak. Mereka belajar dengan dua jam pelajaran, yaitu pagi pukul 05.00 WIB hingga 06.15 WIB. Pembelajaran dihentikan sebelum para santri berangkat ke sekolah formal masing-masing. Sore harinya mereka kembali belajar pada jam 17.30 WIB hingga isya.

Walau baru setahun, Rumah Tahfidz Tunas Quran mulai mendapat tempat di hati masyarakat Rawalumbu, Bekasi Timur. Sistem belajar di lembaga ini dinilai efektif dan serius.

Dalam beberapa ajang, santri Tunas Quran juga mampu unjuk gigi. Santri Tunas Quran tercatat pernah menempati posisi pertama dan kedua Lomba MHQ di Masjid Aliyah, Karawang Barat, 2015. Ada pula yang menjadi juara kedua Lomba MHQ di Masjid Riyaadhus Sholihiin, Perumahan Mutiara Insani, juara kedua Lomba MHQ di Masjid at-Thoifah al-Manshurah, Perum Bekasi Timur Regency di tahun yang sama.

Di tingkat nasional, santri Rumah Tahfidz Tunas Quran pernah menjadi grandfinalis ajang Akademi Anak Hafidz Indonesia (AHAI) 2015 di Pusat Studi Jepang UI, Depok, dan juara pertama tingkat nasional di ajang Lomba MHQ the 3rd Islamic Education Expo 2015. Santri yang menang mendapat beasiswa penuh pendidikan di Ibnu Hajar Boarding School, Jakarta.

Hingga kini, lembaga pendidikan nonformal ini beraktivitas di bawah pembinaan Ustaz Khusna Fachrudin. Winardi dan istrinya memang belum mendaftarkan keabsahan yayasan ini. Walau begitu, mereka terus mencari orang-orang yang sevisi guna mengembangkan yayasan untuk menaungi Rumah Tahfiz Tunas Quran. Oleh Sri Handayani, ed: Hafidz Muftisany (https://republika.co.id)