Ustadz Abdurrahim menceritakan perjalanan beliau belajar
dan menghafal Al-Quran sejak anak-anak hingga hafal Al-Qur'an pada umur 13
tahun. Sekarang di usianya yang 17 tahun sudah menguasai 3 qiro'ah.
Yufid Documentary: Man Jadda Wajada - Kisah Inspiratif Penghafal Al-Qur'an
Anda pernah berangan-angan bisa menghafal Al-Qur'an?
Berbagai metode dan cara ditempuh agar Anda bisa hafal
Al-Qur'an.
Namun, tak kunjung ada hasilnya. Akhirnya Anda pun
menyerah dan menerima keadaan Anda.
Sepertinya Anda perlu menonton video motivasi dan
inspiratif dari seorang santri di salah satu pondok pesantren di Yogyarkarta
berikut.
Yuk tonton video Yufid Documentary: Man Jadda Wajada -
Kisah Inspiratif Penghafal Al-Qur'an.
Prioritaskan Menghafal Al Qur’an
Al Khotib Al Baghdadi berkata, “Selayaknya bagi setiap
penuntut ilmu memulai dari menghafalkan Al Qur’an. Karena Al Qur’an adalah ilmu
yang paling mulia dan yang paling pantas didahulukan.” (Al Jaami’ li
Akhlaaqir Rowi wa Li Aadabis Saami’)
Diceritakan bahwa Ibnu Jarir Ath Thobari berkata, “Aku
menghafal Al Qur’an pada usia 7 tahun, aku mulai belajar shalat jama’ah pada
usia 8 tahun dan aku mulai menulis hadits pada usia 9 tahun.”
Ibnu Kholdun rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa
mengajarkan Al Qur’an kepada anak-anak merupakan bagian dari syi’ar agama Islam
dan yang dipraktekkan umat ini. Praktek ini pun tersebar di setiap negeri.
Pengaruhnya, hafalan quran bisa lebih mengokohkan iman. Setelah itu barulah
kuasai akidah dari ayat-ayat Qur’an, lalu kuasai sebagian matan hadits.”
Keutamaan menghafalkan Al Qur’an sebagaimana disebutkan
dalam hadits dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Dikatakan kepada orang yang membaca
(menghafalkan) Al Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah
sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir
ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud no. 1464 dan
Tirmidzi no. 2914, shahih kata Syaikh Al Albani).
Ibnu Hajar Al Haitami rahimahullah berkata, “Hadits di
atas menunjukkan keutamaan khusus bagi yang menghafalkan Al Qur’an dengan
hatinya, bukan yang sekedar membaca lewat mushaf. Karena jika sekedar membaca
saja dari mushaf, tidak ada beda dengan yang lainnya baik sedikit atau banyak
yang dibaca. Keutamaan yang bertingkat-tingkat
adalah bagi yang menghafal Al Qur’an dengan hatinya. Dari hafalan ini,
bertingkat-tingkatlah kedudukan mereka di surga sesuai dengan banyaknya
hafalannya. Menghafal Al Qur’an seperti ini hukumnya fardhu kifayah. Jika
sekedar dibaca saja, tidak gugur kewajiban ini. Tidak ada yang lebih besar
keutamaannya dari menghafal Al Qur’an. Inilah yang dimaksudkan dalam hadits di
atas dan inilah makna tekstual yang bisa ditangkap. Malaikat akan mengatakan
pada yang menghafalkan Al Qur’an ‘bacalah dan naiklah’. Jadi yang dimaksud
sekali lagi adalah bagi yang menghafal Al Qur’an dari hatinya.” (Al Fatawa
Al Haditsiyah, 156)
Semoga Allah memudahkan kita menjadi penghafal-penghafal
Al Qur’an dan penjaga kitabullah.
Wallahu waliyyut taufiq.
Sumber: Dalil Al Hifzh Al Muyassar (Petunjuk Menghafal Al
Qur’an)
www.rumaysho.com
Hafalkan Meski Tidak Hafal-hafal - Poster Dakwah Yufid TV
Hafalkan Meski Tidak Hafal-hafal - Poster Dakwah Yufid TV
Poster Dakwah Yufid TV kali ini akan membahas tentang
hafalkan meski tidak hafal-hafal. Setiap muslim harus memiliki hafalan quran,
namun banyak dari kita yang sulit untuk bisa menghafal quran. Berikut motivasi
agar kita tetap istiqomah menghafal quran meskipun tidak hafal-hafal. Simak motivasinya dalam video poster dakwah
berikut ini…
Kisah Inspiratif Berjuang Menjaga Hafalan Al-Qur'an - Yufid Documentary
Sudah tahukan Anda bagaimana perjuangan para penghafal
Al-Qur'an dalam menjaga hafalannya?
Simak video kisah inspiratif dari seorang santri Pondok
Pesantren Ibnu Abbas Sragen Ahmad Zulkarnain Hambali dalam menjaga hafalan
Al-Qurannya.
Yuk tonton video Kisah Inspiratif Berjuang Menjaga
Hafalan Al-Qur'an - Yufid Documentary.
Serial Belajar Tahsin ( 1 - 4 ) - bersama Ustadz Ulin Nuha (VIDEO)
Berikut kami sajikan “ Serial Belajar Tahsin “ bersama Ustadz Moh. Ulin Nuha, S.Pd.I, M.S.I
(SERIAL 1 S/D 4)
Biografi Singkat Ustadz Moh. Ulin Nuha, S.Pd.I, M.S.I
-Pernah belajar di Universitas Islam Al-Madinah Al-Munawwarah
fakultas Al-Qur'an
-Alumnus STIQ An-Nur Yogyakarta
-Alumnus Pascasarjana UMY, konsentrasi Psikologi Islam
Pengasuh PP Harun Assyafi’i
Pesantren Harun Asy-Syafi’i saat ini diasuh oleh KH. Moh.
Ulin Nuha. Beliau dilahirkan di Kota Kudus, tanggal 19 September 1976. Di tanah
kelahirannya, beliau memulai dalam menuntut ilmu Al-Qur’an dan cabang ilmu
keagamaan lainnya.
Selanjutnya beliau pindah ke Wonosobo untuk lebih
memperdalam ilmu Al-Qur’annya. Pada tahun 1999, beliau mendapat panggilan beasiswa
untuk belajar di Kota Nabi, Madinah Saudi Arabia.
Untuk lebih menguatkan kemampuannya di bidang Al-Qur’an
beliau mengambil Fakultas Al-Qur’an.
Di Kota Madinah ini, beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan
untuk mengeruk ilmu dari para ulama di Masjid Nabawi. Beliau mendatangi Syaikh
Sayyid Lasyin yang merupakan pengajar Al-Qur’an Masjid Nabawi. Di bawah asuhan
Syaikh Sayyid Lasyin inilah beliau mendapatkan sanad Al-Qur’an
riwayat Hafsh
dan Syu’bah.
Pada tahun 2003 beliau pulang ke Indonesia dan selanjutnya
dipercaya untuk mengajar Al-Qur’an di PP. Taruna Al-Qur’an.
Ketika Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Harun Asy-Syafi’i
berdiri tahun 2009, beliau dipercaya untuk mengasuh pondok ini.
Sumber: http://yufid.tv
Membaca dengan Hafalan atau dengan Mushaf?
Mana yang lebih utama, membaca al-Quran dengan hafalan
ataukah dengan melihat mushaf?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma
ba’du,
Ada pendapat ulama dalam masalah ini,
Pertama, membaca al-Quran
dengan melihat mushaf, lebih utama dibandingkan dengan hafalan. Karena membaca
dengan mushaf berarti kita melihat al-Quran. Dan ini memiliki nilai tersendiri.
Mengingat umumnya orang membaca dengan melihat mushaf, hatinya bisa lebih konsentrasi
merenungkan apa yang dia baca. Ini merupakan mayoritas ulama.
Ketika seseorang sama sekali tidak melihat mushaf,
dikhawatirkan termasuk memboikot al-Quran. Allah berfirman,
Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku
menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan”. (QS. al-Furqon: 30)
Berdasarkan ayat ini, Imam Ibnul Jauzi menjelaskan,
Selayaknya bagi orang yang memiliki mushaf
untuk membacannya dengan melihat mushaf beberapa ayat setiap hari. Agar tidak
termasuk menjadikan al-Quran sesuatu yang diacuhkan.
(al-Adab as-Syar’iyah, Ibn Muflih, 2/300).
Kedua,
menimbang mana yang lebih bisa khusyu. Jika membaca melalui hafalan bisa lebih
khusyu dan lebih bisa merenungkan isi al-Quran maka hafalan lebih utama, dan
sebaliknya. Ini merupakan pendapat Ibnu Katsir, An-Nawawi dan beberapa ulama
lainnya.
Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan,
Sebagian ulama mengatakan, inti dari masalah
ini adalah khusyu. Jika dia bisa lebih khusyu ketika membacanya melalui
hafalan, maka ini lebih afdhal. Namun jika dengan melihat mushaf bisa lebih
khusyu, maka itu lebih afdhal.
Jika sama khusyunya, maka membaca dengan melihat ke
mushaf lebih baik, karena lebih konsentrasi dan fokus dengan melihat ke arah
mushaf. Imam an-Nawawi mengatakan dalam at-Tibyan, ‘Yang benar, bahwa
keterangan para ulama dan praktek mereka, dipahami sesuai rincian ini.’
(Fadhail al-Quran, Ibnu Katsir, hlm. 136).
Allahu a’lam.
Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina
Konsultasisyariah.com)
Read more
https://konsultasisyariah.com/23658-membaca-dengan-hafalan-atau-dengan-mushaf.html
Tips Dari Rasulullah Bagi Penghafal Al Qur’an
Pembaca yang budiman, ternyata Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam telah memberikan tips dalam menghafalkan Al Qur’an
agar cepat hafal dan tidak mudah hilang dari ingatan. Simak hadits berikut
ini..
Dicatat oleh Ibnu Nashr dalam Qiyamul Lail (73),
“Yunus bin Abdil A’la menuturkan kepadaku, Anas bin
‘Iyadh mengabarkan kepadaku, dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’ dari Ibnu Umar
radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda:
‘Jika seseorang shahibul Qur’an membaca Al
Qur’an di malam hari dan di siang hari ia akan mengingatnya. Jika ia tidak
melakukan demikian, ia pasti akan melupakannya‘”
hadits ini dicatat juga imam Muslim dalam Shahih-nya
(789), oleh Abu ‘Awwanah dalam Mustakhraj-nya (3052) dan Ibnu Mandah dalam
Fawaid-nya (54)
Derajat hadits
Hadits ini shahih tanpa keraguan, semua perawinya tsiqah.
Semuanya perawi Bukhari-Muslim kecuali Yunus bin bin Abdil A’la, namun ia
adalah perawi Muslim.
Faidah hadits
Hafalan Al Qur’an perlu untuk dijaga secara konsisten
setiap harinya. Karena jika tidak demikian akan, hilang dan terlupa.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,
“Permisalan Shahibul Qur’an itu seperti unta
yang diikat. Jika ia diikat, maka ia akan menetap. Namun jika ikatannya
dilepaskan, maka ia akan pergi” (HR. Muslim 789)
Imam Al ‘Iraqi menjelaskan: “Nabi mengibaratkan bahwa
mempelajari Al Qur’an itu secara terus-menerus dan membacanya terus-menerus
dengan ikatan yang mencegah unta kabur. Maka selama Al Qur’an masih diterus
dilakukan, maka hafalannya akan terus ada”.
Beliau juga mengatakan: “dalam hadits ini ada dorongan
untuk mengikat Al Qur’an dengan terus membacanya dan mempelajarinya serta
ancaman dari melalaikannya hingga lupa serta dari lalai dengan tidak
membacanya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101-102)
Kalimat فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ (membaca Al Qur’an di malam hari dan
mengingatnya di siang hari) menunjukkan bahwa membaca Qur’an dan muraja’ah
(mengulang) hafalan Al Qur’an hendaknya dilakukan setiap hari
Anjuran untuk terus mempelajari, membaca dan muraja’ah
(mengulang) hafalan Al Qur’an secara konsisten, setiap hari, di seluruh waktu.
Al Qurthubi menyatakan: “hal pertama yang mesti dilakukan oleh shahibul
qur’an adalah mengikhlaskan niatnya dalam mempelajari Al Qur’an, yaitu hanya
karena Allah ‘Azza wa Jalla semata, sebagaimana telah kami sebutkan. Dan
hendaknya ia mencurahkan jiwanya untuk mempelajari Al Qur’an baik malam maupun
siang hari, dalam shalat maupun di luar shalat, agar ia tidak lupa” (Tafsir
Al Qurthubi, 1/20).
Anjuran untuk lebih bersemangat membaca Al Qur’an di
malam hari. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah
lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan (Qur’an) di waktu itu lebih kuat masuk
hati” (QS. Al Muzammil)
Anjuran untuk muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an di
siang hari dan malam hari
Hadits di atas tidak membatasi membaca Qur’an dan
muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hanya malam dan siang saja, namun
sekedar irsyad (bimbingan) dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam agar
senantiasa melakukannya. Hadits riwayat Muslim di atas menunjukkan bahwa
semakin sering membaca dan muraja’ah itu semakin baik dan semakin mengikat
hafalan Al Qur’an. Dan pemilihan waktunya disesuaikan apa yang mudah bagi
masing-masing orang. Syaikh Shalih Al Maghamisi, seorang pakar ilmu Al Qur’an,
ketika ditanya tentang hal ini beliau menjawab: “waktu menghafal yang utama
itu tergantung keadaan masing-masing orang yang hendak menghafal. Adapun
berdasarkan tajribat (pengalaman), waktu yang paling baik adalah setelah shalat
shubuh”
Hadits ini dalil bahwa shahibul qur’an, dengan segala
keutamaannya, yang dimaksud adalah orang yang menghafalkan Al Qur’an, bukan
sekedar membacanya. Al Imam Al Iraqi mengatakan: “yang zhahir, yang dimaksud
shahibul qur’an adalah orang yang menghafalkannya” (Tharhu At Tatsrib,
3/101). Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna
dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan
sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
“hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah
yang paling aqra’ terhadap kitabullah”
maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang
didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia,
bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di
sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun
dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka
wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).
—
Penulis: Yulian Purnama
Artikel Muslimah.Or.Id
Menghafal Al Quran Itu Wajib? - Poster Dakwah Yufid TV
Menghafal Al Quran Itu Wajib?
Video poster dakwah kali ini membahas tentang hukum
menghafal Al Quran. Apakah menghafal Al Quran itu wajib?. Keutamaan menghafal
Al Quran diantaranya adalah
1. para penghafal Al Quran disebut sebagai Shahibul
Qur’an,
2. Al Quran akan menjadi Syafaat bagi Shahibul Qur’an,
3. menjadi derajat di Surga sesuai banyak hafalan,
4. termasuk dalam sebaik-baik manusia,
5. Allah akan mengangkat derajat Shahibul Qur'an di
dunia,
6. dan diutamakan menjadi Imam.
Dari keutamaan-keutamaan menghafal Al Quran di atas kita
seharusnya termotivasi untuk menghafal Al Quran, terlepas hukum menghafal Al
Quran.
lalu bagaimanakah hukum menghafal Al Quran? apakah
menghafal Al Quran itu wajib?. Yuk simak penjelasan selengkapnya dalam video
berikut.
Saat Malas Muroja’ah Al-Qur’an
Bismillah..
Tak bisa dipungkiri bahwa keimanan seseorang itu bagaikan
air laut, kadang pasang dan kadang surut. Oleh sebab itu akan datang suatu masa
dimana murojaah Al-Quran terasa begitu berat dan sulit. Itulah yang disebut
dengan futur.
Hal seperti ini merupakan sesuatu yang wajar. Namun kita
perlu berhati-hati agar tidak terlena dengan rasa futur tersebut. Langkah yang
tepat harus segera diambil sebelum terlambat. Diantaranya ialah :
1. Berdoa kepada Allah
Karena Dia adalah Dzat yang membolak-balikkan hati,
mintalah kepada Allah agar senantiasa diteguhkan dalam ketaatan.
2. Jangan tinggalkan membaca Al-Quran
Meskipun dengan melihat mushaf
Saat futur melanda, paksa diri kita untuk tetap membaca
Al-Quran meskipun hanya dengan melihat mushaf. Hal tersebut akan melatih kita
untuk lebih mudah melawan rasa malas yang mungkin akan kembali datang lebih
dahsyat dikemudian hari.
3. Baca biografi para ulama
Perjalanan hidup para ulama akan sangat cocok untuk
mengisi ulang semangat yang mungkin sedang lowbat. Salah seorang ulama pernah
menuturkan :
“Hikayat atau kisah merupakan salah satu dari
tentara Allah, dengannya Dia teguhkan langkah orang-orang yang dikehendaki dari
hambaNya” (Al Musyawwiq ilal qiroah)
4. Carilah teman yg rajin & sholeh
Memiliki teman yang baik merupakan langkah yang tepat
untuk tetap berada dijalan istiqomah. Sebab ia akan mengingatkan kita disaat
kita lalai dan mengajak kita untuk bahu membahu dalam melaksanakan amal sholeh.
Wallahu a’lam
Semoga Allah subhanahu wata’ala meneguhkan langkah kita
dalam ketaatan. Amiin.
***
Sumber: Hamalatulquran.com
Istiqomah Dalam Menghafal Al Qur'an - Ustadz Adi Hidayat Lc MA (video)
Ceramah Agama: Cara Menghafal al Quran di Waktu Sibuk - Ustadz Abdullah ...
Menghafal al-Quran termasuk ibadah jika dilakuka ikhlas
karena Allah dan bukan untuk mengharapkan pujian di dunia. Bahkan salah satu
ciri orang yang berilmu menurut standar al-Quran, adalah mereka yang memiliki
hafalan al-Quran. Oleh sebab itu sebagai kaum Muslimin kita sebisa mungkin
berusaha untuk bisa menghafal al Quran dan mencari tahu tentang cara menghafal al Quran dengan cepat dan
mudah, cara menghafal dengan cepat, cara menghafal al Quran, cara menghafal
quran, cara menghafal perkalian 1-10 dengan cepat, cara menghafal al Quran
dengan cepat, cara menghafal juz 30 dengan mudah dan cepat, cara menghafal al
Quran.
Video 5 menit yang menginspirasi kali ini Ustadz Abdullah
Taslim Hafidzhahullah menjelaskan tentang cara menghafal al Quran di waktu
sibuk. Yuk simak penjelasan selengkapnya dalam video berikut.
Sahabat Nabi Penghafal Al-Qur'an
Al-qur’an
diturunkan Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Allah pula yang akan memelihara melalui manusia-manusia
yang di pilih-Nya. Di masa Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam
hidup, beliau menanamkan kecintaan
yang dalam kepada al-Qur’an di hati para sahabat. Di pundak para sahabat inilah
Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam mengamanahkan teladan pelaksanaan al-Qur’an dan mewariskan
petunjuk kehudupan ini bagi generasi-generasi selanjutnya.
Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam memberi petunjuk untuk mempelajari al-Qur’an dari penghafalnya. Tujuh orang
yang terkenal sebagai penghafal al-Qur’an di zaman Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam, mereka
adalah :
Ali
Bin Abi Thalib
Ali
adalah seorang penghafal al-Qur’an yang kuat dan termasuk diantara orang yang
pertama kali mendapat hidayah islam. Ali berislam dalam usia belia. Ia memiliki
nama lengkap Ali bin Abi Thalib Amir al-Mu’minin Abu al-Hasan al-Quraisyi
al-Hasyimi. Ali terkenal zuhud, wara, dan dermawan ia menganggap rendah dunia
dan selalu beramal untuk keridhaan Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Ia sangat memahami ilmu
al-Qur’an. Abu Abdurrahman as-Sulmi berkata “aku tidak pernah melihat seorang
yang lebih pandai dalam al-Qur’an daripada Ali”.Kehidupan Ali selalu diwarnai
dengan al-Qur’an. Ali berkata tentang dirinya dan karunia Allah kepadanya “Demi
Allah tidak satupun ayat yang diturunkan kecuali aku telah mengetahui tentang
apa dan dimana diturunkan. Sesungguhnya Allah telah memberikan kecerdasan hati
dan lidah yang fasih”. Ali syahid terbunuh pagi hari tanggal 17 Ramadhan 40
hijriah di kuffah. Ia dibunuh Ibnu Muljam al-Maradi.
Abumusa
Al-Asy’ari
Nama
lengkapnya adalah Abdullah bin Qais bin Sulaim. Ia merupakan salah seorang
sahabat Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam yang menghafal al-Qur’an. Ia mempunyai perhatian yang
besar terhadap kitab suci ini.
Abu
Musa dianugrahkan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala berupa suara yang merdu. Suara merdunya ini
mampu menembus tirai hati orang-orang mukmin dan melenakannya . Rasulullah pun pernah memuji suaranya yang merdu itu “Ia (
Abu Musa ) benar-benar telah diberi seruling Nabi Daud”, begiu kata Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam. Sampai-sampai banyak para sahabat yang menanti-nanti Abu Musa untuk
menjadi imam pada setiap kesempatan shalat.
Abu
Musa telah mempelajari al-Qur’an langsung dari Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam
,ia mengajarkan
dan menyebarkannya pada umat setiap negeri yang ia kunjungi. Perjalanan hidup
dan kisah mulianya banyak terekam dalam kitab-kitab tarikh. Abu Musa wafat di
usia 63 tahun pada tahun 44 hijriah. Ia telah meriwayatkan 365 hadits.
Abu
Darda
Abu Darda adalah seorang hafidzh yang bijaksana. Ia termasuk orang yang
mengumpulkan al-Qur’an dan menjadi sumber bagi para pembaca di Damaskus pada
masa khalifah Utsman bin Affan.
Ia
memiliki kedudukan yang tin ggi dalam hal ilmu dan amal dari para sahabat yang
lainnya. Selama hidupnya ia mengajarkan kepada umat apa yang ia pelajari dari
Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam. Ia guru yang selalu dinani-nanti murid-muridnya.
Dalam
pengakuan Suwaid bin Abdul Aziz dikatakan jika Abu Darda salat di masjid
Damaskus ribuan manusia mengelilinginya untuk mempelajari al-Qur’an. Ia
membagi-bagikan satu kelompok dengan sepuluh orang dan dipilih satu orang
ketua. Ia hanya mengawasinya di mihrab. Jika ada yang salah mereka kembali
kepada ketuanya. Jika ketua yang salah maka ketua tersebut menghadap Abu Darda
untuk bertanya. Jumlah penghafal al-Qur’an dalam majlis Abu Darda mencapai
1.600 orang.
Beliau
wafat tahun 32 hijriah pada masa khalifah Utsman di Syam. Ia telah meriwayatkan
179 hadits.
Zaid
Bin Tsabit
Zaid
mempunyai nama lengkap Abu Said al-Khazraji al-Anshari. Ia merupakan sahabat
anshar yang cerdas, penulis, penghafal dan mengusai ilmu. Ia mengalahkan orang
lain dalam pengusaan ilmu al-Qur’an dan faraid. Ia juga mampu mempelajari kitab
yahudi dalam waktu yang relative singkat atas permintaan Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam
Selain
itu Zaid juga dikenal sebagai sekretaris kepercayaan Rasulullah dalam
menerima wahyu. Apabila Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam menerima wahyu zaid selalu dipanggil
untuk menulisnya.
Zaid
adalah sebagai penghimpun al-Qur’an dan menguasai informasi tentang al-Qur’an.
Jasa Zaid dalam upaya kodifikasi al-Qur’an sangatlah mulia. Tiada yang mampu
menandinginya dalam menulis kalamullah.
Zaid
wafat tahun 45 hijriah. Kepergiannya ditangisi seluruh penduduk madinah. Banyak
orang yang merasa kehilangan , diantaranya Ibnu Abbas yang berkata “hari ini
telah pergi seorang ulama besar dan tokoh cendekia”
Abdullah
Bin Mas’ud
Ia
memiliki nama lengkap Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil Abdirrahman al-Hadzali
al-Maki al-Muhajiri. Ia merupakan salah seorang penghimpun al-Qur’an di masa
Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam dan membacakan dihadapannya. Ia pernah berkata “Aku telah
menghafal dari mulut Rasulullah tujuh puluh surat”
Abdullah
selalu mengikuti Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam sejak usia belia. Pendengarannya selalu dihiasi
dengan ayat-ayat al-Qur’an sejak turun kepada Rasulullah. Kiprahnya dalam
memelihara al-Qur’an tidak diragukan lagi. Ia hidup bersama dan untuk
al-Qur’an.
Abdullah
menjadi ulama yang paling tahu tentang al-Qur’an. Tak heran jika Rasulullah
memujinya dan mengajurkan para sahabat dan orang setelahnya untuk mempelajari
kandungan al-Qur’an dari Abdullah bin Mas’ud.
Abdullah
bin Mas’ud wafat pada tahun 32 hijriyah dalam usia 65 tahun. Ia wafat di
madinah dan telah meriwayatkan 840 hadits.
Utsman
Bin Affan
Nama
lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash Abu Amr Abu Abdillah
al-Quraisy al-Amawi. Ia dikenal sebagai sahabat Rasul yang hatinya nempel
dengan al-Qur’an.
Dimasa
kekhalifaannya ia berhasil menghimpun al-Qur’an dalam satu mushaf dan
menyebarkannya pada beberapa kota. Ali bin Abi Thalib pun memujinya “kalaulah
Utsman tak melakukannya maka pasti akan kulakukan”. Selain itu Utsman juga
mampu menyatukan al-Qur’an yang tujuh jenis huruf atau dialek sehingga
terhindarlah malapetaka dan fitnah perpecahan umat. Di akhir kekhalifaannya (
tahun 35 hijriah ) terjadi kekacauan, Utsman di sekap di rumahnya selama empat
puluh hari. Ia syahid terbunuh saat membaca al-Qur’an. Usianya 82 tahun.
Ubai Bin Ka’ab
Ia memiliki nama lengkap Ubai bin Ka’ab bin Qais Abu
al-Mudzir al-Anshari al-Madani. Ubai hidup dalam naungan al-Qur’an. Ia selalu
menyempatklan diri membaca al-Qur’an siang malam dan khatam dalam delapan
malam. Umar bin Khattab pernah berkata “Qari paling baik diantara kami adalah
Ubai”Umar juga pernah berkutbah di Jabiyah sembari menyatakan tentang
pengetahuan Ubai terhadap al-Qur’an. Umar berkata “barang siapa yang hendak
menanyakan tentang al-Qur’an datanglah ke Ubai”.Ubai telah menjadikan al-Qur’an
sebagai sumber kebaikan dalam ucapan serta perbuatannya. Ubai selalu menasehati
orang-orang untuk menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman dalam setiap
perbuatan.Ubai termasuk skretaris Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam sebelum Zaid bin Tsabit. Ia
bersama Zaid adalah sahabat yang paling tekun menulis wahyu dan menulis banyak
surat. Keduanya menulis wahyu dalam pengawasan Rasulullah.Ubai wafat di
madinah tahun 20 hijriah. Di hari wafatnya Umar berkata “hari ini telah
meninggal seorang tokoh islam, semoga Allah meridhainya”.
Rumah Tahfiz Tunas Quran Berawal dari Mendidik Anak Sendiri
Berawal dari keinginan untuk mendirikan madrasah terbaik
bagi keluarganya, Winardi Abu Fathimah mendidik anak-anaknya sendiri. Ia
mengajari anak-anaknya mengaji dan menghafal Alquran setiap hari.
Hasil pendidikan yang ia berlakukan bagi keluarga rupanya
menarik minat para tetangga. Ia dan sang istri akhirnya membuka pendaftaran
bagi anak-anak yang berminat belajar menghafal Alquran.
"Hanya sehari setelah pendaftaran
dibuka, alhamdulillah ada tiga anak yang langsung mendaftar. Jadi waktu itu
total ada sekitar 10 anak awalnya," ujar istri Winardi,
Hartati, saat dihubungi Republika, Selasa (16/2).
Dari upaya kecil inilah Rumah Tahfidz Tunas Quran berdiri
sejak 15 Februari 2015. Kegiatan belajar-mengajar dilakukan di rumah kontrakan
berbentuk petakan yang sempit dan sederhana.
Para santri Tunas Quran masih berusia setara SD kelas I
hingga kelas V. Sebelum menghafal, mereka diajari cara membaca Alquran yang
baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid. Selanjutnya, mereka diajak
menghafalkan ayat demi ayat.
Pembelajaran di Rumah Tahfiz Tunas Quran meliputi kelas
iqra dan kelas tahfiz. Kelas iqra belajar pada sore hari seperti umumnya
pendidikan nonformal di taman pendidikan Alquran (TPQ). Hingga kini, jumlah
siswa telah mencapai 40 anak dengan lima guru pendamping.
Kelas tahfiz dibagi lagi dalam dua subkelas, yaitu kelas
regular dan kelas khusus. Di kelas reguler, anak-anak dituntut menghafal
Alquran lima baris per sekali setoran. Mereka ditargetkan dapat menghafal satu
juz dalam setahun.
Di kelas khusus, anak-anak diminta menghafal satu muka
(baca: satu halaman) per hari. Dalam sebulan, mereka diharapkan dapat menghafal
satu juz.
Santri kelas tahfiz kini telah mencapai 26 anak. Mereka
belajar dengan dua jam pelajaran, yaitu pagi pukul 05.00 WIB hingga 06.15 WIB.
Pembelajaran dihentikan sebelum para santri berangkat ke sekolah formal
masing-masing. Sore harinya mereka kembali belajar pada jam 17.30 WIB hingga
isya.
Walau baru setahun, Rumah Tahfidz Tunas Quran mulai
mendapat tempat di hati masyarakat Rawalumbu, Bekasi Timur. Sistem belajar di
lembaga ini dinilai efektif dan serius.
Dalam beberapa ajang, santri Tunas Quran juga mampu unjuk
gigi. Santri Tunas Quran tercatat pernah menempati posisi pertama dan kedua
Lomba MHQ di Masjid Aliyah, Karawang Barat, 2015. Ada pula yang menjadi juara
kedua Lomba MHQ di Masjid Riyaadhus Sholihiin, Perumahan Mutiara Insani, juara
kedua Lomba MHQ di Masjid at-Thoifah al-Manshurah, Perum Bekasi Timur Regency
di tahun yang sama.
Di tingkat nasional, santri Rumah Tahfidz Tunas Quran
pernah menjadi grandfinalis ajang Akademi Anak Hafidz Indonesia (AHAI) 2015 di
Pusat Studi Jepang UI, Depok, dan juara pertama tingkat nasional di ajang Lomba
MHQ the 3rd Islamic Education Expo 2015. Santri yang menang mendapat beasiswa
penuh pendidikan di Ibnu Hajar Boarding School, Jakarta.
Hingga kini, lembaga pendidikan nonformal ini
beraktivitas di bawah pembinaan Ustaz Khusna Fachrudin. Winardi dan istrinya
memang belum mendaftarkan keabsahan yayasan ini. Walau begitu, mereka terus
mencari orang-orang yang sevisi guna mengembangkan yayasan untuk menaungi Rumah
Tahfiz Tunas Quran. Oleh Sri Handayani, ed: Hafidz Muftisany ( https://republika.co.id)