Dahulu menghafalkan Al-Qur-an dalam pandangan ulama
merupakan hal pokok. Dengannya mereka memulai menuntut ilmu. Karena itulah
mereka tidak pernah ragu memulai menghafal Al-Qur-an. Hafalannya menjadi ciri
khas yang tampak di masyarakat ulama dan penuntut ilmu. Sebagian Salaf sangat
menganggap aib karena tidak menghafal Al-Qur-an. Di antara buktinya adalah apa
yang diungkapkan al-Hafizh Ibnu Hajar (wafat th. 852 H) dalam Taqriibut
Tahdziib (I/664, no. 4529), tentang biografi ‘Utsman bin Muhammad bin Abi Syaibah,
“Dia adalah tsiqah, seorang hafizh yang terkenal, tetapi dia memiliki auham
(sejumlah kesalahan) dan dikatakan dia tidak hafal Al-Qur-an.” (Taqriibut
Tahdziib 1/664, no. 4529)
Sesungguhnya menghafalkan Al-Qur-an bukan merupakan
kewajiban atas seorang penuntut ilmu, tetapi hafalannya adalah kunci menuju
jalan hafalan dan pemahaman. Hendaklah seorang penuntut ilmu mengetahui bahwa
menghafalkan Al-Qur-an dan mengamalkannya dapat menambah ketinggian derajat.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengangkat
(derajat) beberapa kaum dengan Kitab (Al-Qur-an) dan merendahkan yang lainnya
dengan Al-Qur-an”. (Hadits Shahih: Diriwayatkan oleh Muslim no.
817)
Berikut beberapa hal yang dapat membantu
se-orang penuntut ilmu dalam menghafal Al-Qur-an:
1. Berdo’a kepada Allah Ta’ala dengan ikhlas agar
diberikan kemudahan dalam menghafalkan Al-Qur-an. Hendaklah menghafal Al-Qur-an
dilakukan dengan ikhlas semata-mata mencari keridhaan Allah Ta’ala.
2. Memperdengarkan semampunya ayat-ayat yang telah
dihafalnya kepada seorang qari’ yang baik bacaan dan hafalannya.
3. Mengulang-ngulang ayat yang telah dihafal secara
terjadwal dan berusaha untuk disiplin.
4. Menggunakan satu mushaf Al-Qur-an agar dapat
menguatkan hafalan.
5. Mengulang-ngulang ayat yang dihafal sepuluh kali/dua
puluh kali -boleh juga lebih- dengan berdiri, duduk, dan berjalan.
6. Membaca ayat-ayat yang baru dihafalkan dalam shalat
karena dapat lebih melekatkan hafalan.
7. Membaca terjemah dan tafsir ayat yang telah
dihafalkan.
8. Menjauhi dosa dan maksiyat.
Imam adh-Dhahhak (wafat th. 102 H) rahimahullaah
mengatakan, “Tidaklah seseorang mempelajari Al-Qur-an kemudian ia lupa,
melainkan disebabkan dosa.” Beliau lalu membaca firman Allah,
“Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah
karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari
kesalahan-kesalahanmu).” [Asy-Syuura: 30]
Kemudian beliau melanjutkan, “Musibah apakah yang
lebih besar daripada melupakan al-Qur-an?” (Mukhtashar Qiyaamul Lail (hal.
162), dinukil dari kitab Ma’aalim fii Thariiq Thalabil ‘Ilmi hal. 200).
9. Menentukan jadwal yang teratur untuk menentukan batas
hafalan harian (apa yang dihafal setiap hari).
Diusahakan untuk tidak menyelisihi aturan atau
mengubahnya, kecuali karena ada hal-hal yang darurat untuk dilakukan.
10. Hendaknya ayat yang diahafal sedikit setiap hari agar
lebih melekat
Bagi yang sudah hafal beberapa juz Al-Qur-an atau yang
sudah hafal 30 juz, hendaklah ia selalu muraja’ah (mengulang-ngulang) hafalannya
dan menjaganya dengan baik karena Al-Qur-an lebih cepat hilangnya daripada unta
yang diikat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Bacalah selalu Al-Qur’an ini. Demi Dzat yang
jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh, Al-Qur-an itu lebih mudah lepas
daripada seekor unta dalam ikatannya”
( Hadits shahih : Diriwayatkan oleh al-Bukhari
(no. 5033) dan Muslim (no. 791 (231) dari Shahabat Abu Musa al-Asy’ari
radhiyallaahu anhu)
Kunci dalam Menghafal dan Mengingat
Ada beberapa hal penting yang dapat membantu penuntut
ilmu dalam menghafalkan atau mengingat pelajarannya dengan gambaran yang baik,
di antaranya:
1. Mengikhlaskan niat karena Allah dan mengharapkan
ganjaran dari-Nya.
2. Menjauhi hal-hal yang diharamkan dan dilarang
syari’at.
3. Hasil usaha yang baik, memakan makanan yang halal dan
menjauhi yang haram.
4. Mengosongkan hati dari berbagai kesibukan.
5. Tidak menghafal pada saat sangat lapar, haus, capek,
atau pada saat hatinya sibuk dengan urusan yang lain.
6. Berkemauan tinggi, bersungguh-sungguh, dan terus
mengulangi pelajaran agar berhasil menghafal.
7. Tidak putus asa dengan jeleknya kemampuan menghafal
dan terus mengulang-ngulang pelajaran.
8. Mengulangi pelajaran dengan suara yang dapat
didengarnya karena mendengarkan pelajaran dapat membantunya dalam menghafal.
9. Menggunakan bantuan pena atau kertas untuk menyusun
segala apa yang dapat membantunya dalam menghafal, atau mengulang-ngulang
pela-jaran dengan cara ditulis.
10.
Dan sebelum semua hal di atas, hendaklah selalu bertaqwa kepada Allah Ta’ala.
Imam al-Bukhari rahimahullah adalah orang yang kuat
hafalannya. Beliau pernah ditanya, “Apakah obat lupa itu?” Beliau
menjawab, “Senantiasa melihat ke kitab” (Yaitu selalu membaca dan
mengulanginya).
Waktu-waktu Terbaik untuk Menghafal
Imam Ibnu Jama’ah rahimahullaah menuturkan, “Waktu yang
paling baik untuk menghafal adalah ketika sahur; untuk membahas di pagi hari;
untuk menulis di siang hari; dan untuk muthala’ah dan berdiskusi (mudzakarah)
di malam hari.”
Al-Khatib al-Baghdadi (wafat th. 463 H) rahimahullaah
mengatakan, “Waktu yang paling baik untuk menghafal adalah di waktu sahur,
kemudian pertengahan hari, dan selanjutnya di pagi hari.” Beliau menambahkan,
“Menghafal di malam hari lebih mendatangkan manfaat daripada menghafal di siang
hari, dan ketika lapar (yang tidak sangat) lebih bermanfaat daripada ketika
kenyang.” (Tadzkiratus Saami’ wal
Mutakallim fii Aadaabil ‘Aalim wal Muta’allim hal. 118-119, karya Imam Ibnu
Jama’ah rahimahullaah).
Tempat Terbaik untuk Menghafal
Imam Ibnu Jama’ah mengatakan -menukil dari al-Khatib, “Tempat
yang paling baik untuk menghafal adalah kamar dan setiap tempat yang jauh dari
hal-hal yang membuat lalai.” Beliau berkata, “Tidak baik apabila
menghafal di tempat yang terdapat tumbuhan, di sekitar pohon-pohon yang
menghijau, di tepi sungai, di tengah jalan, dan tempat yang bising karena hal
itu (umumnya) dapat mencegah kosongnya hati (untuk menghafal).” (Ibid hal.
119)
Penuntut Ilmu Harus Akrab dengan Al-Qur-an
‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma
berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda kepadaku,
“Bacalah Al-Qur-an (sampai khatam) setiap
bulan.” ‘Abdullah berkata, aku berkata, “Sungguh, aku mampu mengerjakan lebih
dari itu.” Rasulullah bersabda, “Maka bacalah (sampai khatam) selama dua puluh
hari.” ‘Abdullah berkata, aku berkata, “Sungguh, aku mampu melakukan lebih dari
itu.” Rasulullah bersabda, “Jika demikian, bacalah (sampai khatam) selama tujuh
hari dan jangan lebih dari itu.” (Hadits shahih:
Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5054) dan Muslim no. 1159 (184, lafazh ini
milik Muslim).
Jundub bin ‘Abdullah bin Sufyan al-Bajali (wafat antara
th. 60-70 H) radhiyallaahu ‘anhu pernah berwasiat, “Aku berwasiat kepada
kalian, hendaklah bertakwa kepada Allah. Aku juga berwasiat kepada kalian agar
selalu (membaca dan menghayati) kandungan Al-Qur-an karena ia adalah cahaya di
malam yang kelam dan petunjuk di siang yang terang. Ketahuilah bahwa Al-Qur-an
bisa menyebabkan kamu meraih sesuatu yang nilainya sangat tinggi… .” (Siyar
A’laamin Nubalaa’ III/174).
Dikutip dari: https://almanhaj.or.id/3277-kiat-kiat-menghapal-al-qur-an-dan-as-sunnah.html
0 komentar:
Posting Komentar